Escape part 4

2.7K 250 3
                                    

Di kelas, Hinata duduk di kursinya, mengobrol dengan dua orang teman sekelasnya, menganggukkan kepala saat salah satu dari gadis yang ada di dekatnya bicara tentang sesuatu yang tak terlalu jelas didengar Sasuke.

Saat Sasuke meletakkan tas dan duduk, dua orang gadis yang bersama Hinata langsung bubar dan berkerumun bersama gadis-gadis lain di meja Sasuke. Mereka bertanya macam-macam, saling sikut dan dorong demi mendapat perhatian Sasuke. Hinata yang duduk di sudut belakang kelas hanya bisa memandang.

Bel tanda masuk berbunyi, dari laci di bawah mejanya, Hinata mengeluarkan tempat pensil dan buku pelajaran. Ponselnya bergetar. Hinata memastikan guru yang baru masuk tak memerhatikannya, lalu membaca pesan dari Sasuke.

‘Hai.’

Senyum merekah di wajahnya. Hinata melirik ke arah Sasuke yang duduk dan hanya memperlihatkan punggung dan rambut hitamnya. Saat ini ia bisa merasakan kerinduan yang besar pada Sasuke.

Hinata memikirkan balasan yang paling tepat. Pertama dia perlu minta maaf pada Sasuke karena tak membalas pesannya semalam. Lalu …

“Hyuuga Hinata!” Suara lantang guru Bahasa Inggris membuat tangannya gemetar. Ia buru-buru menyimpan ponselnya dan menjawab panggilan dari guru. “Nah, itu dia Hinata yang kaucari,” kata wanita berkacamata itu pada murid baru yang berdiri di muka kelas.

Hinata bisa merasakan semua tatapan mata yang ditujukan padanya. Murid baru itu berjalan menyusuri celah antar kursi dan menempati kursi kosong di samping Hinata.

“Naruto-kun?”

Cowok itu terdiam sesaat, lalu mencondongkan tubuhnya mendekat ke meja Hinata, “Terima kasih karena masih mengingatku.”

Pesan di ponselnya menunggu. Pelajaran dimulai. Layar ponselnya menggelap, dan Hinata melupakan pikirannya untuk membalas pesan Sasuke.

Angin musim semi bergerak menuju utara, membawa keharuman dunia indah masa sekolah yang penuh kenangan.

.

.

.

“Bagaimana kau mengenalnya?”

“Kudengar dia orang kaya.”

“Kau lihat matanya? Apa dia pakai kontak? Aku teringat pada Gackt-sama dengan hanya melihat mata birunya yang menawan itu.”

“Tidak, menurutku dia tak cukup misterius kalau disamakan dengan Gackt-sama, tapi matanya memang menarik perhatian.”

Hinata duduk lagi saat hampir berdiri untuk makan bentonya bersama Sasuke. “A-ano …”

Naruto harus menghadap wali kelas untuk menjelaskan dokumen-dokumen dari sekolah lamanya yang semuanya berbahasa asing. Sasuke menemaninya, tapi dia tak bertahan lama dan segera kembali ke kelas yang ternyata tepat waktu saat melihat Hinata yang tak berdaya diberondong pertanyaan-pertanyaan aneh.

Melihat Sasuke datang, semua gadis lagi-lagi meninggalkan Hinata. Mereka duduk di meja lain yang sengaja digabung, tahu setiap saat jam makan siang Sasuke akan makan di meja Hinata. Dulu dia biasa menarik meja kosong yang sekarang jadi meja Naruto, jadi dia izin pada Ai-san, gadis berkacamata berpribadi dingin yang duduk tepat di depan Hinata. Ai-san terbiasa menikmati makan siangnya di ruang siaran karena dia ketua klub siaran. Jadi kursi itu kemudian ditarik Sasuke setelah Hinata mendorong kursinya merapat dinding.

Mereka menyusun dua kotak bento di atas meja yang sama, menyimpan botol berisi air di dekat kaki meja. “Sasuke-kun, maaf karena tak membalas pesanmu semalam.”

“Makanlah, Hinata. Aku sedang tak ingin ngobrol sekarang.”

Hinata mengangguk, menyerahkan sepasang sumpit plastik berwarna merah pada Sasuke dan menggunakan sepasang sumpit lain yang berwarna biru.

Kimi to BokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang