You

28.1K 920 29
                                    

TIDAK DIPERKENANKAN MENERBITKAN ULANG FANFIC INI DI SITUS LAIN TANPA IZIN DARI PENULIS

.:R E S P E C T:.

ENJOY YOUR READ BUT DON’T STEAL ANY CONTENT FROM THIS FANFIC

.

.

.

.

Disclaimer: Kishimoto Masashi

.

.

Bacalah fic ini di waktu senggang Anda. Jangan sia-siakan waktu utama Anda untuk baca fic ini.

Khusus untuk yang muslim, jangan lupa sholat, ya…

Sincerely,

miyazaki rully bee

.

.

.

.

Wali kelas sekali lagi meyakinkan, “Kalian pastikan sendiri agenda untuk Bunkasai. Kali ini dipercepat karena musim gugur nanti kita akan merayakan ulang tahun sekolah.”  Selepas itu, dia menenteng tiga buku, dan berjalan keluar kelas.

Dari tempatnya duduk, Hinata memerhatikan Sasuke. Hatinya bergetar memerhatikan kehadiran pemuda Uchiha yang masih duduk terdiam, kemeja seragam sekolahnya yang putih meresap sinar matahari.

Di kelas, Sasuke duduk di barisan depan, tepat di samping jendela yang selalu ia buka lebar. Dia membawa aroma dingin yang aneh, terkesan jauh. Meski usianya sama dengan kebanyakan teman sekelasnya, Sasuke tegas. Ekspresinya jarang ia perlihatkan. Seringkali, ia hanya menatap lurus pada hal-hal yang jadi perhatiannya.

Tapi ada saat-saat di mana ia akan menoleh ke arah jendela, menyandarkan punggungnya, dan terdiam. Di saat-saat itu, Hinata tak bisa melepas pandangannya dari si ketua kelas yang selalu sendirian itu.

Apa yang dilihat Sasuke dibalik jendela itu? Hinata sering bertanya pada dirinya sendiri. Mungkinkah langit? Atau pemandangan di lapangan utama?

Hinata terpaksa menyimpan rasa ingin tahunya. Semua orang menghindari Sasuke. Ada banyak alasan yang tak masuk akal. Dari semua alasan-alasan itu, hanya satu yang paling membekas di benak Hinata. Dan dia tahu pasti bahwa hal itu tidak benar karena Hinata terlibat di dalamnya. Dan karena hal itu juga, setiap hari, Sasuke akan menunggunya selesai dengan kegiatannya di klub chado, tak mengatakan apa-apa dan hanya berjalan di sampingnya.

Hinata sayangnya bukan tipikal yang suka ngobrol. Dia juga terlalu memikirkan perasaan orang lain saat mempertanyakan maksud atau alasan seseorang.

Jadi keduanya tetap berada di garis awal meski setiap hari mereka berangkat dan pulang sekolah bersama.

Seingat Hinata, sebelum kejadian itu Sasuke lebih terbuka, masih suka tersenyum, dan punya teman.

Menyadari hal itu, Hinata menunduk.

Mungkin ia memang perlu bicara dengan Sasuke. Tak mungkin ia mengurung Sasuke dalam rasa bersalah selamanya.

.

.

.

Waktu istirahat dihabiskan Hinata di ruang audiovisual. Selain chado, Hinata juga mengambil bagian dalam klub penyiaran. Selembar kertas berisi jadwal acara dan rancangan program untuk Bunkasai tergeletak di hadapannya. Segera setelah lagu yang sekarang diputar, Hinata akan mengumumkan isi berita, sekaligus menyampaikan pada semua ketua kelas untuk menyerahkan keputusan mereka ke ketua OSIS selepas sekolah.

Kimi to BokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang