Stay part 3

2K 233 2
                                    

Dari sudut manapun, Yuuki-gakuen memang terlihat luar biasa. Bangunan kuno bergaya Eropa dengan taman luas khas Jepang di zaman feodal, dan bunga-bunga merah yang mewarnai hamparan hijau rumputnya. Gerbang sekolah yang kokoh itu dijaga empat orang penjaga yang semuanya mengenakan seragam.

Setelah sampai di sini, Sasuke tak tahu apa yang harus dia lakukan. Bila harus bertanya, siapa yang bisa menjawab pertanyaannya. Dia sama sekali tak punya petunjuk. Satu-satunya yang dia tahu adalah nama Hinata. Ada berapa banyak Hinata di sekolah ini? Kenapa hantu itu bahkan tak ingat nama keluarganya?

Sasuke berdiri di sisi jalan masuk menuju gerbang. Di waktu seperti saat ini, pintu gerbang terbuka lebar untuk para siswa dan siswi yang semuanya masuk menggunakan mobil-mobil klasik dan sporty yang biasanya diikuti kata 'limited edition'. Mereka pastinya anak-anak dari orang-orang berpengaruh di dalam masyarakat. Sasuke jadi ingin tahu apa di sekolah ini juga sama seperti kampusnya, yang tak menyediakan program beasiswa hanya agar para siswanya merasa nyaman tanpa harus berbagi ruangan dan belajar bersama dengan orang biasa?

Bila jawabannya tidak ada, maka Hinata sama seperti orang-orang ini. Dia bukan gadis sembarangan. Lalu kenapa dia tinggal di tempat sejelek itu?

Sasuke ingat perkataan Pak Taka sebelumnya. Yah, sepertinya Sasuke setuju bila Pak Taka berkesimpulan Hinata kabur dari rumahnya.

"Hei!"

Sasuke tersentak saat merasakan seseorang menepuk keras bahu kirinya.

"Dari tadi aku lihat, kau berdiri di sini. Apa kau tidak sadar, kau ini mencurigakan?"

Salah satu petugas penjaga keamanan yang sepertinya dijadikan kacung bertanya pada Sasuke dengan ekspresi meremehkan yang terlalu kentara. Sehari-harinya laki-laki itu selalu disuruh-suruh oleh tiga orang seniornya. Tak heran dia menunjukkan sikap seperti ini terhadap Sasuke yang berada di luar lingakaran sosial mereka yang sempit.

"Selamat pagi, Pak."

"Tidak perlu menyapaku! Ada perlu apa kau ke sini?"

"Aku sedang mencari orang," jawab Sasuke sekenanya.

Penjaga itu mengamati penampilan Sasuke. Celana panjang jins, kaus oblong, mantel yang terlalu tipis untuk dibilang hangat, dan syal yang juga sama jeleknya dengan sepatu olahraganya yang kumal. Tampilannya tak cukup bagus untuk mencari siapapun di Yuuki-gakuen, meski wajahnya lumayan tampan. Tapi apalah arti wajah tampan bila tak bisa digunakan?

"Kau jangan mengolok-olok! Di sini mana ada orang yang kaucari!"

"Hinata namanya," Sasuke mengetes keberuntungannya.

"Cih! Kau pikir yang kaucari itu selebriti, apa?" Dia mengejek Sasuke dengan mendengus keras, jadi terdengar seperti dengusan kuda. "Sebaiknya kau pergi. Kau merusak pemandangan pagi!"

"Kalau siang nanti aku datang lagi, tidak apa-apa, kan?"

"Sembarangan! Kau ini siapa?! Sok punya hak berada di sini!"

"Tadi, kan, Bapak bilang saya mengganggu pemandangan pagi. Berarti, selain pagi, tidak apa-apa, kan?" Sasuke membalas ejekan si penjaga.

"Pintar bicara ya, kau ini!"

"Yoshi!" Salah satu penjaga yang sebelumnya berdiri tenang di dekat gerbang, melangkah maju. "Ada masalah apa?"

"Senpai," Yoshi menyapa.

Laki-laki yang satunya, lebih tegap dan terlihat berwibawa, memandang Sasuke, menilai penampilannya yang eksentrik dan menarik perhatian. "Siapa yang kaucari?"

"Hinata."

"Hinata? Itu namanya atau nama keluarga?"

Penjaga yang ini lebih profesional. Caranya menangani masalah dengan tenang membuatnya sangat berbeda dengan Yoshi yang gampang terpengaruh emosi.

Kimi to BokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang