Mamah Rindu

37.2K 2.7K 62
                                        

Jika pion yang menjadi tumpuanku berdiri, diam-diam mengeluhkan soal kondisiku. Lantas aku harus bersikap bagaimana?

_Rania Mahendra-

***

Keesokan harinya Rania sudah diizinkan pulang oleh dokter, ia juga diwajibkan untuk banyak istirahat guna mempercepat proses pemulihan lukanya. Dokter juga meminta seluruh keluarga untuk mengawasi dan menemani Rania.

Supaya Rania tidak bertindak gegabah, yang dikhawatirkan akan berujung pada tindak selfharm. Dimana pasien akan melukai dirinya sendiri dengan sengaja. Untuk kehamilan gadis itu sendiri, dari pihak keluarga belum ada yang mengetahuinya.

Pasalnya test pack yang katanya dibeli oleh Rania melalui ojek online kemarin, tidak bisa ditemukan oleh pihak keluarga. Tapi bukan berarti mereka bisa bernafas lega, ada secuil kekhawatiran jika Rania positif hamil akibat tindak pelecehan itu.

"Kopinya mas,"

Maia meletakkan secangkir kopi yang masih mengepul, dimeja depan suaminya.

Arya menoleh "Terima kasih." ujarnya lalu menyeruput sedikit kopi hitam itu.

"Kamu mikirin apa sih mas? Apa ini soal test pack itu?"

Arya melenguh berat "Mas cuma khawatir, bagaimana jika Ran positif hamil? Mau ditaruh di mana muka kita mah."

"Aku ngerti mas, aku juga khawatirnya. Aku nggak mau Ran hamil di usia muda, terlalu beresiko untuknya."

"Ditambah lagi dengan masa depannya, entah apa kata orang-orang nanti." Maia melanjutkan, wajahnya berubah sendu.

Arya menarik nafas panjang, ia berpikir sejenak coba mencari jalan keluar untuk masalah mereka. Segala kemungkinan sudah ada dalam kepalanya, juga cara mengatasi atau bahkan mencegahnya. Tapi tetap saja batinnya terasa tidak tenang, seolah ada hal buruk yang akan terjadi di kehidupan mereka.

"Mas rasa kita harus segera mengecek kondisi Ran,"

Maia menatap suami heran, kedua alisnya terangkat.

"Maksudnya?"

"Mas cuma khawatir sama kondisi Ran, jadi mas berniat membawa Ran ke dokter kandungan."

"Apa?! Mas bercanda kan?" pekik Maia tak percaya.

"Ini demi Ran sendiri, juga kehormatan keluarga kita."

"Tapi mas..."

"Besok kita bawa Ran ke dokter kandungan, nggak ada perdebatan!" tegas Arya, ia bangkit lalu beranjak pergi menuju ruang kerja.

Diruang keluarga itu tinggal Maia seorang, tubuhnya bergerak gelisah. Benar apa kata Arya, mereka harus membawa Rania ke dokter kandungan secepatnya. Apa lagi harga diri serta kehormatan keluarga ini, bergantung pada positif atau negatifnya hasil pemeriksaan Rania.

"Semoga hasilnya negatif, atau kita nggak akan tau apa yang terjadi dimasa depan." gumam Maia penuh harap.





🐝🐝🐝🐝

Rania berdiri didepan wastafel. Jika biasanya ia akan menatap pantulan wajahnya dari cermin yang ada disana, berbeda dengan sekarang. Sejak apa yang ia lakukan kemarin, Maia, Arya dan Juan menyingkirkan seluruh benda tajam dari kamarnya.

Entah itu kaca, gunting, pulpen atau benda lain yang dianggap berbahaya. Sudut meja, kursi hingga ranjang yang dianggap mampu melukai Rania, sengaja dilapisi oleh spons lembut.

RENATA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang