8

2.6K 313 20
                                    

Founder Emperes group itu memiliki banyak sekali kemampuan, contohnya saja; Menembak, memanah, anggar, bela diri, band, dan keahlian lainnya yang ia kuasai.

Tapi, satu hal yang tidak akan pernah pria tampan itu kuasai hanya satu— menunggu.

Menunggu bukanlah salah satu keahlian yang Chanyeol miliki, ia benci ketika dirinya yang seorang pria dominan dengan kekuasaan dan kekayaan berlimpah harus menunggu seseorang seperti sekarang.

Dan manusia yang berhasil membuat dirinya menunggu dengan sabar hanya seorang Byun Baekhyun. Sialan! Pria kecil itu selalu berhasil membuatnya begini.

"Brengsek, sebenarnya dimana jalang itu huh?! Apa dia tidak tau jadwal ku sangat padat." Omel nya.

Audrey yang berdiri di samping Chanyeol hanya mampu menghela nafasnya, dirinya juga tidak terlalu suka menunggu.

Sementara itu Chanyeol memilih untuk melepaskan kacamata hitam yang ia kenakan, menyampirkan nya di belahan kemeja hitam yang ia pakai, kemudian memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

Menarik nafas panjang kemudian ia hembuskan perlahan, mencoba bersabar karena sekarang ia tengah berada di depan makam putranya.

"Putra ayah, bagaimana disana nak?" Tanya Chanyeol, masih memilih berdiri.

Keadaan sunyi, hanya suara angin yang menjadi pengiring suasana di pemakaman itu. Sampai akhirnya sebuah mobil yang di tumpangi oleh Baekhyun memasuki area parkir.

Pria mungil itu membawa kotak kecil ditangannya, berjalan tergesa menuju Chanyeol yang sudah jengah menunggunya disana.

"Maaf, papa terlambat datang. Kau tidak marah kan?" Baekhyun bertanya lirih ketika ia sampai di depan makam putranya.

Chanyeol melihat itu, bagaimana Baekhyun yang duduk bersimpuh diatas tanah rerumputan basah sambil mengusap batu nisan anak mereka, pria kecil itu menangis pelan, menunduk dalam-dalam berusaha mereda suara tangis yang keluar.

"Cengeng." Gumam Chanyeol.

Baekhyun tidak peduli, ia dengar Chanyeol berujar mengejeknya. Tapi ia memilih bersikap tuli, biar saja Chanyeol mengejeknya, lagipula ia menangisi putra mereka bukan oranglain.

Kepala Baekhyun mendongak, menatap Chanyeol yang masih berdiri dengan arogan, seperti biasa.

"Kau bisa duduk kan? Dia putramu, kenapa sikap mu dingin begini." Ujar Baekhyun memelas.

Chanyeol menghela nafas, "Aku sudah lebih dulu menyapa putraku. Orang yang mengaku papa nya lah yang terlambat." Jawab pria itu dengan nada tajam.

"Tolonglah Chanyeol, singkirkan ego mu lebih dulu. Jangan bawa perasaan benci mu ketika didepan putra kita." 

"Nanti aku lakukan sendiri." Balas Chanyeol acuh.

Baekhyun berdiri, menyodorkan kotak kecil yang ia bawa ke hadapan Chanyeol. Pria besar itu terus memandangi kotak yang Baekhyun berikan.

"Apa ini?" Tanya nya.

Baekhyun membuka perlahan kotak kecilnya, kemudian memperlihatkan isi nya pada Chanyeol.

"Aku mendapatkan ini dari orang ku." Ucap Baekhyun.

Mata tajam Chanyeol melirik ke arah Audrey dan beberapa pengawal yang masih berdiri di sekitar mereka, tangan nya berayun selayaknya mengusir mereka semua yang ada disana.

Dalam sekejap hanya ada Baekhyun dan juga Chanyeol, keduanya dilingkupi perasaan yang bercampur aduk.

Chanyeol mengambil alih kotak kecil itu dari Baekhyun, lalu mengamatinya lamat-lamat sebelum ia kembali mengajukan pertanyaan.

𝐄𝐱-𝐬𝐮𝐠𝐚𝐫𝐝𝐚𝐝𝐝𝐲 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang