ONE

19.6K 1.8K 89
                                    

Happy reading !! 🖤🌷

666


Perjodohan yang di buat oleh kedua pasang sahabat itu akan tetap berjalan, keputusan mereka berdua tidak ada yang bisa menganggu gugat. Dan tepat hari ini acara pernikahan Jeno dan Alya akan di gelar di sebuah hotel mewah yang sudah di persiapkan jauh-jauh hari oleh papah Jeno.

"Kalian berdua kesini mau ajak gue kabur 'kan?" Alya menghampiri kedua temannya yang baru saja datang.

Gadis itu bahkan sudah tersenyum bahagia, karena hanya kedua temannya itu yang dapat Alya harapkan. "Ayo, mau lewat mana?" tanyanya antusias.

Agatha dan Aira saling menatap satu sama lain, apa yang sedang Alya pikirkan saat ini? Apakah gadis itu begitu depresi? "Kita kesini karena di undang sama nyokap lo, nggak ada niatan buat ajak lo kabur." jelas Agatha yang di angguki oleh Aira.

Mendengar itu Alya menghela napas kecewa, gadis itu kembali menundukkan bokongnya pada ranjang. "Gue nggak mau di jodohin..," ucapnya lirih. Dia menatap dirinya pada pantulan cermin, seharusnya Alya bahagia karena hari ini ia akan menikah, tetapi dirinya tidak sama sekali merasakan kebahagiaan.

Karena merasa begitu iba dengan keadaan Alya sekarang, kedua teman yang bisa di bilang sahabat itu mendekat dan memeluk Alya, mereka mengerti perasaan Alya sekarang. "Maaf nggak bisa ngelakuin apa-apa," kata Aira, "jangan marah sama kita ya?" sambung Agatha.

Alya mengusap pelan airmata yang ingin mengalir. "Nggak apa-apa, mungkin bener kata Daddy. Ini yang terbaik dari Tuhan buat gue," ujarnya sambil tersenyum getir.

"Lo tenang aja Al, kalo suami lo macem-macem kita gak akan tinggal diam," kata Agatha, pelukan mereka bertiga semakin mengerat.

Alya tersenyum, ia bersyukur memiliki sahabat sebaik mereka. "Makasih."

666

Kini Jeno sudah berhadap-hadapan dengan pak penghulu sekaligus Reynaldi-Daddy Alya. Pemuda itu sudah beberapa kali mengatur napasnya, dia sedikit gugup. "Apakah sudah siap?" tanya pak penghulu kepada Jeno.

Cowok itu tampak menganggukkan kepalanya sebelum ia kembali mengatur napas, tangan mereka kini mulai berjabat. "Saya nikahkan engkau ananda Jeno erlangga bin Surya erlangga dengan anak saya yang bernama Alya anastasya dengan mas kawin 100 gram dan seperangkat alat sholat di bayar TUNAI." saat mengucapkan itu Reynaldi terlihat begitu berwibawa.

Jeno menarik napas dalam. "Saya terima nikahnya dan kawinnya Alya Anastasya binti Reynaldi dengan mas kawin tersebut, di bayar tunai."

"Bagaimana para saksi?" pak penghulu melirik ke kiri dan ke kanan.

"SAH!!!" sahut para tamu serentak.

Reynaldi dan Surya sama-sama mengucapkan kata syukur, sedangkan Jeno hanya diam tanpa ekspresi.

Dari arah lain Alya berjalan di dampingi oleh kedua temannya, para tamu serentak menatap kearah gadis itu. Jeno ikut menatapnya, wajah gadis itu tidak asing. Jeno sepertinya sering melihatnya di sekolah, dia gadis pembuat onar?

"Dia 'kan sering main kejar-kejaran sama pak Wisnu," gumam Jeno pelan, pandangannya masih fokus kearah Alya.

Jeno ingat betul, beberapa Minggu yang lalu gadis itu juga sempat di jemur di depan tiang bendera. "Apa bunda bilang, cantik 'kan? sampe gak mau lepas gitu natapnya," celetuk Bella, bunda Jeno.

JENO [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang