NINETEEN

13K 1.1K 137
                                    

Happy reading bestiee!!

666

     "Jen, udah nggak ada lagi kesempatan buat aku memperbaiki?" Baby menatap wajah Jeno sendu, berharap cowok di hadapannya berubah pikiran.

Rahang Jeno mengerat, emosinya tak terkontrol jika harus berhubungan dengan mantan pacarnya ini.

"Nggak ada yang perlu di perbaiki. Gue nggak menyalahkan lo seratus persen karena lo selingkuh. Gue ngerti, dan kita bisa hidup masing-masing dengan apa yang udah kita pilih." kata Jeno.

Air mata Baby kembali menetes mendengar penuturan cowok baik di hadapannya, dua tahun ia lalu bersama Jeno tak pernah ada pertengkaran sama sekali dan baru kali ini dimana mereka benar-benar berpisah.

"Jen, aku mohon perbaiki sekali lagi? aku nggak masalah ada Alya di dalam hubungan kita." Baby mencoba kembali melembutkan hati Jeno.

Kini tangannya sudah mengelus lembut lengan kekar milik Jeno, memeluknya erat. "Sebelum aku sehancur ini, aku pernah jadi orang terbahagia karena di miliki sama kamu Jeno."

"Wajar, kan? kalo aku mau kita kaya dulu lagi?"

Jeno terdiam, membiarkan Baby yang memeluk erat lengan kekarnya.

Jeno tak membenci Baby, wajar saja gadis itu mencari penggantinya. Bahkan semenjak dirinya menikahi Alya, sudah tak ada lagi Jeno untuk Baby dan Baby untuk Jeno, lenyap tanpa komentar dari Baby walau gadis itu menahan sakit yang luar biasa. Apalagi mengingat kedua orang tuanya yang jauh, pasti gadis itu kesepian.

"By, gue nggak bisa lagi sayang sama lo, cinta sama lo, semuanya itu pastinya bakal gue kasih ke Alya. Dan, cinta lo cuma boleh lo habisin di suami lo kelak, bukan gue." Jeno mencoba memberikan pengertian.

Tangan yang semula memeluk lengan kekar milik Jeno kini terlepas perlahan. Baby bukan tipikal gadis yang langsung menerima takdirnya, gadis itu akan mencoba berbagai cara agar apa yang harus menjadi miliknya tetaplah menjadi miliknya.

Jeno membiarkan Baby yang melangkah pergi. Cowok itu ikut melangkah menyusuri koridor, tangannya ia masukan satu kedalam saku celananya. Alya, satu nama itu yang kini selalu berputar di kepalanya siang sore malam selalu gadis itu, senang sedih dan biasa saja tetap Alya yang kini selalu berada di dekatnya.

Langkahnya terbawa menuju lapangan utama, tepat sekali. Alya berada di sana, sedang memainkan bola basket dengan sangat lihay. "Alya!" Jeno mendekat.

Alya menoleh saat namanya terpanggil, Jeno sedang berjalan kearahnya. "Apa?" Fokusnya kembali pada bola basketnya, mendribble hingga sampai pada ring basket Alya melompat dan masuk.

Gadis itu menghampiri Jeno, penasaran ada apa cowok itu mendatanginya. "Sejak kapan bisa main basket?" Alya terkekeh kecil. "Sejak dalam kandungan, Mas."

Tak marah, tak seperti biasanya. Jeno malah ikut terkekeh mendengarnya. "Sejak SMP, gue ikut eskul basket."

"Jadi lumayan bisa lah," lanjut gadis itu.

Jeno mengangguk-angguk paham, mereka berjalan dan berhenti tepat pada pohon besar. Mereka berdua mendudukan bokongnya di atas akar-akar pohon yang menonjol.

JENO [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang