FOURTEEN

13.7K 1.2K 241
                                    

Happy reading bestiee!!🌷🖤

666


Subuh tadi Jeno demam cukup tinggi, membuat Alya pergi sekolah menggunakan ojek online. Sebenarnya ada rasa khawatir tetapi cowok itu sendiri yang menyuruh Alya untuk tetap pergi ke sekolah.

"Ambil aja kembaliannya bang!" ujar Alya seraya menuruni motor Scoopy hitam milik abang ojek.

Abang ojek itu menggaruk pangkal hidungnya, bingung. "Tapi—"

"Saya ikhlas kok bang." Alya tersenyum tipis.

"Tapi ini pas uangnya neng." Mendengar itu sontak muka Alya memerah malu, gadis itu mengambil ancang-ancang untuk kabur. "Apa bang? Iya sama-sama bang, saya masuk dulu!"

Alya mengatur nafasnya saat sudah berada di dalam sekolah, tubuhnya bersandar pada dinding. "Bjir, malu gue astaghfirullah," ucapnya.

Tiba-tiba saja sebuah tangan menepuk bahunya membuat Alya terkejut luar biasa. "Anjir ngagetin lo." Gadis cantik berseragam batik itu mengusap dadanya.

"Ikut gue." Pergelangan tangan Alya di cekal kuat oleh Kevin, gadis itu meringis kesakitan. "Lepas nggak? lo kasar banget setan!" umpatnya.

Tak mempedulikan ucapan Alya, Kevin terus menarik tangan gadis itu dengan kasar sementara Alya terus meronta. "Lo kenapa jadi sekasar ini sih?!"

"Lepasin nggak?" Alya terus meronta namun tetap saja tenaga Kevin jauh lebih kuat di banding dirinya.

Cekalan itu semakin kuat membuat Alya tak kuasa menahan sakit.

Kevin membawa Alya ketempat yang jarang sekali orang-orang berlalu lalang. Sadar cekalan pada tangannya melemah Alya dengan kilat menarik tangannya, dan terlepas.

"Lo gila ya?!" Nafas Alya menggebu tak kuasa menahan amarah.

Kevin menyeringai, perlahan langkah kakinya mendekat kearah Alya membuat gadis itu terbentur oleh dinding.

Plak!

Manik coklat itu membola saat tamparan keras menyapa pipi mulusnya, setetes air mata terjatuh dari pelupuk matanya.

Alya dengan cepat menghapus air matanya, gadis itu menatap Kevin dengan berani.

"Cowok sialan!"

Plak!

"Lo tau banci? kalo nggak tau mending ngaca!"

Dengan langkah cepat Alya pergi meninggalkan Kevin.

Gadis itu menyusuri koridor. "Satu sama." Tangan bergelang hitam itu mengusap pipinya yang masih memerah.

Sementara di tempat tadi Kevin sedang berbincang dengan seseorang di telpon.

"Aku gagal, dia bukan cewek sembarang, sayang," ujar Kevin.

Terdengar decakan sebal di seberang sana. "Aku nggak peduli, pokonya rencana kita yang kedua harus berhasil!"

Kevin memijat pangkal hidungnya. "Kamu yakin?"

JENO [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang