TWENTY FIVE

10.6K 874 44
                                    

J E N O

            Tak terasa hari sangat cepat berlalu, masa-masa ujian sudah Jeno lalui dan besok adalah tepat hari kelulusan untuknya dan teman-temannya. Jeno sangat bahagia melepas masa SMA nya karena sudah ada Alya yang tentu akan menemaninya. Jadikan semakin terasa menjadi seorang suaminya jika nanti ia sudah bekerja.

Jeno juga tak pusing lagi untuk mencari pekerjaan, karena tentunya ia akan mengendalikan perusahaan sang papah. Pada intinya Jeno tak sabar jika pulang kerja nanti ada Alya yang akan menyambutnya!

"Kamu lagi mikirin apaan sih? kok senyum-senyum sendiri? mikirin cewe lain ya!?" tukas Alya. Gadis itu mengalihkan fokusnya pada Jeno, melempar ponselnya ke sembarang tempat.

Jeno masih asik dengan isi kepalanya membuat Alya mencubit pinggang Jeno, di detik itu Jeno meringis kesakitan.

"Kenapa sih?" Sungguh cubitan kecil Alya super menyakitkan, bahkan kini terasa sangat panas.

"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri? mikirin siapa?!" Mata Alya yang hampir keluar itu membuat Jeno menimbulkan senyum manisnya, "cewe cantik," sahutnya seraya menaik turunkan alisnya.

Bug! pukulan lumayan menyakitkan itu seperti menembus jantungnya, Jeno sedikit terbatuk-batuk. "Kamu kebanyakan main sama Bagas, bentar-bentar mikirin cewe!" kesalnya.

"Jangan sebut-sebut cowo lain di depan aku," tuturnya, "kalo enggak, mau? aku cium sampe enggak bisa napas?" lanjut Jeno sambil tersenyum menggoda.

Lagi-lagi pukulan bertubi-tubi Jeno dapatkan. Tiba-tiba saja Jeno langsung menyandarkan tubuhnya pada Alya, menutup matanya rapat-rapat seolah pingsan. "Ihsss! bangun, berat Jenooo!" Alya memindahkan kepala Jeno pada bantal, keningnya mengerut saat mata Jeno sudah terpejam.

Masa cuma di pukul-pukul pingsan, enggak mungkin! batinnya.

Jemari bercat pink muda itu menepuk-nepuk pipi mulus Jeno. "Jeno, jangan bercanda ya? aku nggak suka kalo bercandanya kaya gini." Alya meniduri kepalanya tepat di jantung cowok itu mendengar detak jantungnya yang tetap berdetak normal.

Tangannya meraba leher Jeno lalu menekan tepat pada nadi, masih berdenyut aman. "Enggak mati kok," ujarnya polos.

Alya tersenyum dalam diam, tiba-tiba saja ide jahil muncul di kepalanya. Cup! kecupan manis mendarat pada bibir Jeno, tak hanya itu Alya menjilatnya berkali-kali. Hingga mata itu kembali terbuka, tatapan Jeno tak bisa di baca.

"Kan pura-pura, giliran di cium melek!" Jeno menahan kedua lengan gadisnya agar tetep berada di atas tubuhnya, "kenapa?" tanya Alya sedikit ngeri melihat Jeno yang tak lepas menatapnya.

"Kamu tau? kamu udah berhasil buat dia bangun, emangnya enggak berasa?" Penuturan Jeno barusan membuat Alya mengerutkan alisnya. "Hah? apanya?"

Jeno membawa tangan Alya lalu meletakkannya pada sarung motif yang ia pakai, Alya menelan ludahnya dengan kasar saat merasakan benda keras di bawah sana apalagi saat Jeno menekan tangannya membuat cowok itu sendiri yang gelisah tak karuan.

"Jen ... tahan ya? aku belum siap ..." ujar Alya dengan keringat dingin yang mengucur saat melihat ekspresi Jeno.

"Aku enggak paksa kamu Al, tapi aku mohon bantu aku keluarin ini ya?" ujarnya dengan nada memohon, lagi-lagi Alya menelan ludahnya lalu mengangguk ragu.

JENO [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang