SIXTEEN

12.4K 1.2K 196
                                    

Happy reading bestiee!!🖤🌷

666

Alya pulang tepat waktu, namun melihat Jeno yang tak kunjung membuka suara membuat ia resah tak karuan. Bahkan manik matanya sesekali melirik kearah Jeno yang masih sibuk dengan handphonenya.

Kaki mungil itu melangkah mendekat kearah Jeno, bokongnya ia dudukan di atas sana. "Jen, lo nggak papa?" Alya mengigit bibir bawahnya saat tak ada respon yang Jeno berikan.

"Lo nggak biasanya diem kaya gini? lo lagi kenapa, sih?" Tak pantang menyerah Alya kembali bertanya.

"Kalo ada apa-apa tuh ngomong, jangan die—" Alya terdiam dengan detak jantung yang berdetak lebih cepat.

Jeno mengurungnya dengan kedua tangan kekarnya, dari atas seperti ini Jeno dapat melihat wajah cantik istrinya. "Diem atau gue terkam?" Bisikan halus itu membuat tubuh Alya bergetar aneh.

Alya menurut, gadis itu mengambil cara aman saja. Namun tiba-tiba saja tubuhnya melayang, Jeno menggendong tubuh mungil istrinya membuat Alya tanpa sadar mengalungkan tangannya pada leher suaminya.

"M—M— Mau kemana?" tanya Alya sedikit gelagapan, maniknya tak berani menatap Jeno.

Tetap sama tak ada jawaban, langkah besar cowok itu memasuki kamar mereka. Dengan kasar Jeno menjatuhkan tubuh istrinya membuat Alya sedikit meringis lalu mencibir.

"Kasar banget!"

"Ngomong apa tadi?" Jeno kembali mengurung gadis itu dengan kedua tangan kekarnya, Alya menatap Jeno menantang, "Kasar banget!" ulang gadis itu.

Manik hitam Jeno seperti menusuk menembus bola matanya. "Kalo enggak di kasarin, lo nggak bakal jadi istri yang nurut." Remasan pada pinggangnya membuat Alya meringis pelan.

Napas Alya tercekat kala merasakan suatu beda kenyal bertaut pada bibir tipisnya. Semantara Jeno masih asik melancarkan aksinya tanpa memikirkan manusia yang berada di bawahnya, mata Alya berkaca-kaca saat dirinya benar-benar kehabisan napas apalagi tubuhnya di tindih oleh Jeno membuatnya tak bisa berontak.

Dad, kayanya ini hari terakhir Alya di bumi. Batin Alya menangis.

Dengan mata perlahan menutup dan berharap jika Tuhan segera mencabut nyawanya tiba-tiba saja tautan itu terlepas dan Alya dengan segera mengambil napasnya  banyak-banyak.


Jeno langsung mendusel pada ceruk leher istrinya, tangan kekarnya memeluk posesif pinggang Alya. "Lo mau nganterin gue ke sang pencipta?!" omel Alya di sela-sela mengambil napas.

Jeno terkekeh. "Itu hukuman, lo terlalu centil kalo di sekolah." tutur Jeno, hidung mancungnya masih setia menghirup harum tubuh istrinya.

"Mana ada!" elak Alya.

"Masih ngelak, mata gue masih berfungsi kalo lo lupa." Tangan kekar itu makin mengerat membuat tubuh Alya sepenuhnya menghadap Jeno.

Jeno semakin menenggelamkan wajahnya pada leher jenjang milik istrinya. "E—E— Emangnya lo liat apa?" Jantung Alya berdetak kencang dan sialnya Jeno dapat merasakannya.

JENO [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang