TWENTY ONE

12.6K 1K 119
                                    

Happy reading bestiee!!

666

KEPULAN asap rokok membumbung tinggi ke langit gelap, jam sudah menunjukan pukul 12:56 malam tetapi Jeno masih membiarkan dirinya bersandar di bangku rooftop yang berada di kamar mereka. Netra hitamnya dapat melihat Alya yang masih memejamkan matanya di temani oleh selimut Doraemon milik gadisnya yang dia bawa sewaktu Alya pertama kali menginjakkan kakinya di rumah ini.

Jeno memilih memasuki kamar dan menutup pintu menuju rooftop, angin malam membuatnya sedikit kedinginan. Kaki jenjangnya melangkah dan menaiki ranjang, ia langsung meniduri tubuhnya di samping Alya.

Tangan kekarnya memeluk erat pinggang Alya, rasa bersalah masih terus menyelimutinya. Jeno lalai dalam menjaga gadisnya, dan dirinya berjanji akan menjaga Alya dengan semestinya.

"Al, bangun. Kata dokter pingsannya nggak selama ini, tapi kenapa belum di buka matanya?" Tangan Jeno meraba permukaan wajah Alya, dan terhenti pada memar yang Alya derita.

"Maaf belum bisa jaga lo dengan sebaik-baiknya." Jeno terus berucap dengan segala penyesalannya. "Mulai hari ini repotin gue dengan segala hal yang menyangkut tentang lo, gue mau, mau banget." katanya lagi.

Pelukan yang Jeno berikan makin mengerat, wajahnya ia tenggelamkan pada ceruk leher Alya dengan mata yang sudah ia pejamkan.

"Gue bakal buat perhitungan sama orang yang udah buat lo kaya gini, Al." Setelah itu hanya terdengar dengkuran halus, Jeno tertidur.

"Gue denger semuanya, Jeno." Alya membuka matanya tetapi belum sedetik ia pejamkan kembali, tangannya terulur untuk membalas pelukan Jeno.

Kecupan hangat Alya berikan, menjadi penutup malam untuk mereka berdua.

______

Jeno perlahan membuka matanya, pemandangan pertama yang ia lihat adalah wajah cantik ciptaan Tuhan. Bibirnya tertarik membentuk senyum, hatinya menghangat melihat wajah damai Alya. Tangannya kembali mengerat pada tubuh istrinya, jaraknya semakin terkikis dan kecupan hangat jatuh tepat pada memar yang Alya derita.

"Sayang, wake up." Suara serak khas bangun tidur itu mengusik tidur Alya. Gadis itu semakin masuk kedalam pelukan Jeno, mencari tempat ternyamannya untuk kembali masuk ke alam mimpi.

Tangan Jeno mengusap lembut punggung milik istrinya. "Morning kiss." ujarnya setelah mengecup bibir mungil Alya.

Manik coklat itu terbuka paksa saat ada benda kenyal menempel pada bibirnya, tangannya mengusap rahang tegas Jeno. "Hari ini nggak sekolah?" Kecupan kembali Alya dapatkan. "Enggak, kamu istirahat aja. Aku udah bilang sama Bunda buat izinin kita."

Alis Alya mengerut mendengar ucapan Jeno yang sedikit melembut, apalagi kata aku-kamu membuat Alya heran seketika. "Kok K-K-Kamu ikutan izin?" Kata Alya sedikit gelagapan, namun bukannya ia juga harus mencobanya?

Senyum manis Jeno terbit, hatinya semakin menggila. "Mau nemenin kamu lah," sahut Jeno, lagi-lagi bibir nakalnya kembali mencium kening istrinya.

Jarak sedekat itu membuat Alya benar-benar sulit, sulit berkata sulit bernafas dan sulit menahan perasaannya.

"Apa yang sakit? kasih tau aku." Tatapan Jeno semakin menghangat, mungkin jika Alya adalah sebuah lilin ia akan mencari saat ini juga.

JENO [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang