THIRTEEN

13.9K 1.2K 92
                                    

Happy reading bestiee!!🌷🖤

666


Diruang bernuansa putih itu terdapat dua manusia yang sedang asik dengan game yang mereka mainkan pada ponselnya masing-masing.

"Daddy mundur Dad! aduh, kena 'kan!" teriakan nyaring Alya memenuhi ruang tamu.

Alya melempar ponselnya pada sofa gadis itu mengusap wajahnya kasar. "Kalah kita Dad," ucapnya lirih.

Reynaldi menggaruk pangkal hidungnya. "Iya. Udahlah nggak seru, mending nonton Upin Ipin." Reynaldi mencari posisi ternyamannya dengan cara bersandar pada sofa.

Alya ikut menyandarkan kepalanya pada bahu sang ayah. Ayah dan anak itu tampak akur menonton film kesukaan mereka.

"Dua tiga kambing menari ibu marah, saya coba lari."

Alya dan Reynaldi tertawa terpingkal-pingkal mendengar pantun yang berada di film Upin Ipin.

Dari arah dapur Sintia membawa nampan yang berisi cemilan.

"Kenapa ke sini nggak sama Jeno?" Sintia mendudukan bokongnya di samping Alya.

Alya tak menjawab melainkan mengambil cemilan yang di bawa oleh sang mommy.

Sintia mengusap surai putrinya lalu memeluknya dari samping. "Nggak mau cerita sama Mommy?" bisiknya.

"Alya nggak ada masalah apa-apa sama Jeno," sahutnya.

"Terus?"

Alya menghela nafas pelan lalu mulai menceritakan apa yang ia alami tadi, sementara kedua orang tuanya hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Masih mode bercerita, namun ketukan pintu membuat mereka terdiam. Pasti Jeno, pikir Alya.

"Mommy aja yang buka, Alya mau ke kamar."

Gadis yang masih berbalut baju seragam itu menaiki tangan, sementara itu Sintia memilih membuka pintu.

Pintu terbuka menampilkan cowok dengan tubuh tegap dan rahang tegas, manik hitam itu menatap mertuanya dengan sangat lembut.

"Assalamualaikum, Mom," salam Jeno, cowok itu memeluk mertuanya.

Sintia membalas pelukan itu. "Waalaikumsalam, sayang, ayok masuk dulu." Jeno mengangguk.

Saat masuk perhatiannya langsung tertuju pada Reynaldi, Jeno dengan ramah menghampiri mertuanya dan bertos ala laki-laki.

"Apa kabar Dad?" tanya Jeno.

Reynaldi menarik tangan kekar Jeno agar ikut duduk di sampingnya. "Alhamdulillah, baik, kamu gimana?"

"Alhamdulillah Dad," jawabnya.

Cukup lama berbincang dengan kedua mertuanya, membuat ia tersadar jika tujuan utamanya adalah menjemput istrinya.

Cowok itu berdehem singkat. "Alya ada disini 'kan Mom, Dad?"

"Mau Mommy panggilin?" tawar Sintia.

Jeno menggeleng. "Boleh Jeno samperin sendiri aja?" Izinnya membuat Reynaldi dan Sintia tersenyum.

JENO [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang