TWO

17.3K 1.7K 134
                                    

Happy reading bestiee!!🖤🌷

666

     Matahari sudah menyinari bumi namun tampaknya kedua pasang pengantin baru itu masih sibuk dengan dunia tidurnya. Mereka terlihat seperti sepasang suami istri yang saling mencintai dengan tertidur  saling memeluk, guling yang semalam jadi rebutan kini sudah tidak ada harga dirinya karena terjatuh di lantai.

     Bahkan batas yang semalam Jeno buat kini sudah Alya lewati, gadis itu terlalu nyaman berada di atas dada bidang Jeno. Sedangkan di luar kamar kedua orang tua mereka sudah mengetuk pintu berkali-kali namun karena begitu nyaman dengan tidurnya Jeno dan Alya tidak dapat mendengar suara tersebut.

     "Dobrak aja Pah," usul Bella kepada Surya.

     Surya menggeleng tidak setuju. "Papah punya ini, ngapain harus capek-capek dobrak," Surya mengeluarkan sebuah kunci cadangan dari saku celananya.

     "Yaudah cepet buka," ujar Sintia.

     Setelah pintu terbuka kedua besan itu segera masuk, senyum mereka terbit kala melihat pemandangan yang begitu membuat hati menghangat. "Apa Papah bilang mereka berdua itu cocok," ucap Surya seraya merangkul bahu Bella, sang istri mengangguk sambil tersenyum.

     "Keliatannya kalo lagi tidur akur ya, Dad?" Reynaldi mengangguk mengiyakan ucapan Sintia.

     "Karena mereka masih tidur, gimana kalo kita pulang duluan?" usul Bella.

     Dapat terlihat anggukan kompak.

666

     "Hari ini lo pulang kerumah gue." kata Jeno terdengar tak mau dibantah.

     Yang menjadi lawan bicaranya hanya diam melamun, sepertinya gadis itu masih memikirkan insiden tadi. Alya begitu malu, kenapa bisa dia memeluk Jeno layaknya sebuah guling bahkan air liur miliknya mengalir deras di dada bidang cowok itu. Merasa di acuhkan Jeno kembali membuka suara. "Lo nggak denger?"

     Alya menatap Jeno. "Apa?"

     "Lo pulang kerumah gue," ulangnya.

     "Gue punya rumah, kenapa harus pulang ke rumah lo?"

     Lihatlah gadis itu begitu menyebalkan menurut Jeno dan sangat keras kepala. "Gak ada bantahan."

     Rasanya Alya ingin sekali mencabik-cabik wajah Jeno. "Iya-iya." jawabnya pasrah.


666

     Setelah dua hari libur sekolah dan sibuk membawa semua pakaian dan barang-barang miliknya ke rumah baru milik Jeno, kini waktunya untuk Alya dan Jeno sekolah. Gadis itu kini sudah siap dengan seragam miliknya Jeno pun sama. "Lo sekolah berangkat sendiri, mandiri." ujar Jeno, cowok itu melewati dirinya yang kini sedang sibuk memasang tali sepatu.

     "Bukannya lo kemarin anggukin ucapan Daddy gue, buat anter gue kesekolah?" Celetuk Alya, gadis itu bangkit dari duduknya setelah selesai memasang tali sepatu dengan rapih.

     Jeno berhenti melangkah cowok itu menoleh kebelakang lalu menatap Alya. "Tapi cewek gue lebih penting dari pada lo." jawabnya, tadi pagi-pagi sekali Baby menelfon Jeno dan meminta jemput.

JENO [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang