TWENTY SIX

11.9K 968 44
                                    

Ternyata hadirnya kamu adalah bagian episode bahagiaku.

J E N O

           "Kapan kira-kira launching cucu Mommy, Jen?" ucap Sintia pada Jeno, "Alya masih sekolah, Mom. Enggak mungkin aku hamilin dia sekarang," sahutnya tak tahu malu.

Alya menepuk keningnya, tak habis pikir mendengar jawaban Jeno. Sintia mengangguk mengerti, benar juga. Jeno memang suaminya yang pengertian bukan?

"Tapi kamu kasih hak Jeno kan, Al?" Kini Sintia beralih kepada putri sulungnya, menatapnya penuh curiga.

Alya terkejut saat namanya tersebut, gadis yang masih menggunakan piyama tidurnya itu menatap takut sang Mommy. "Be— Bel—"

Bruk, Sintia menggebrak meja yang berada di ruang tamu. "BELUM? SERIUS KAMU?!" Jeno dan Alya sama-sama menutup kedua telinganya saat suara cempreng turunan dari buyut ke buyut itu menyapa gendang telinganya.

"Kalian sudah tinggal lebih dari satu bulan di rumah ini, dan hanya kalian berdua. Enggak mungkin nggak ada setan yang bisik-bisik?!" Sintia memijat pelan pangkal hidungnya, matanya terpejam sesaat.

Alya menghela napas perlahan, menormalkan jantungnya yang hampir saja copot. "Mom, itu bakal terjadi tapi enggak sekarang," ujar Alya pada sang Mommy.

Mendengar penuturan putri sulungnya, Sintia hanya bisa menghela napas pasrah. "Nak, jangan lupakan kewajiban kamu sebagai seorang istri. Mau bagaimanapun suami kamu seseorang yang normal, jangan bikin dia tersiksa cuma karna ego kamu."

"Semua mudah, sayang. Kalo kamu takut hamil, pakai pengaman." Usapan lembut pada surainya Alya terima. Alya mengangguk paham, semua yang Sintia katakan benar.

Sementara Jeno sudah senyum-senyum dalam diam, mertuanya memang terbaik!!

"Ngerti kan, sayang?" Dengan pasrah Alya kembali mengangguk, "iya, Mom ..."

Manik Alya menatap Jeno sebal, cowok itu benar-benar kesenangan, lihat saja senyum lebar tak luntur dari wajah tampannya. "Oh iya, kabar Daddy gimana, Mom?" Jeno membuka suara.

"Alhamdulillah, baik, tapi akhir-akhir ini Daddy lebih banyak di kantor dari pada di rumah," kata Sintia sedih.

"Udah tua tingkat kebucinan melebihi anak muda, heran," celetuk Alya. "kamu bakal ngerasain itu, sebentar lagi." Alya mengerutkan alisnya tak terima, ia tak mau menjadi budak cinta Jeno!

"Enggak ah, palingan itu Jeno yang enggak tahan jauh-jauh dari aku! iyakan, Jenooo?!!" Dengan senyum megarnya Jeno mengangguk mantap, memang benar dan fakta.

Berbicara tentang Reynaldi membuatnya merindukan lelaki tua itu, sungguh setelah pulang dari rumah menantunya Sintia akan langsung pergi ke kantor sang suami. "Ya udah, Mommy pamit pulang dulu ya?"

"Enggak mau makan dulu Mom?" tanya Alya, gadis itu ikut beranjak saat Sintia memberi ancang-ancang untuk bangkit.

Sintia menggeleng. "Mommy Udah sarapan tadi sebelum ke rumah kalian, Mommy langsung pulang aja ya. Oh iya Alya, jangan lupa sama apa yang kita omongin tadi ya?" ucapan penuh peringatan itu Sintia lontarkan.

Dengan malas Alya mengangguk. Kedua sejoli itu mengantar Sintia untuk keluar rumah, wanita masih berjiwa muda itu memasuki mobil mewah bernuansa putih, kaca mobil ia turunkan lambaian tangan Sintia berikan. "Mommy pamit ya!"

JENO [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang