AGAR AUTHOR LEBIH SEMANGAT NULISNYA KALIAN BOLEH KOMEN YAH.
JANGAN LUPA VOTENYA. GRATISSS!!
Setelah memakirkan motornya ke dalam bagasi kini Vano melangkahkan kakinya kedalam rumah megah yang menjulang tinggi itu.
Dengan wajah lebam rambut yang acak acakan, seragam yang di keluarkan tak lupa bandana yang setia di kepalanya. Vano melewati ruang tamu begitu saja.
"Vano." Ujar seseorang menghentikan langkahnya. Vano menoleh dan mendapati Bunda dan papahnya.
"Vano, sini sayang." Ujar Vara lembut memanggil putra satu satunya. Vano menurut dan menghampiri orang tuanya.
Setelah duduk Vano menatap Varo papahnya yang kini mentapnya dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Kamu habis tawuran Vano?" Tanya Varo menatap intes putranya.
Vano diam. Vara yang hanya melihatnya menarik nafas dalam dalam.
"Mau sampai kapan kamu kayak gini Vano. Kamu udah besar sebentar lagi kamu lulus sekolah, bukan waktunya main main lagi." Vara menasihati anaknya."Ini urusan Vano, urus aja urusan kalian masing masing. Apa peduli kalia?! Yang kalian peduliin kan cuman materi." Ucapan Vano menusuk hati Vara.
"Vano." Lirih Vara.
Plak
Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Vano menatap papahnya. Inilah alasan dia sangat jarang pulang ke rumah.
"BICARA YANG SOPAN SAMA ORANG TUA!" Bentak Varo berdiri.
Vano bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju kamar, lalu membanting pintu itu dengan kencang.
kini Vano menyenderkan tubuhnya pada pintu. Dia lelah, lalu dengan perlahan dia terduduk dan menyembunyikan kepalanya di kedua lututnya.
Walau dia berandalan dan pembangkang sejujurnya dia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Dia masih butuh perhatian kedua orang tuanya.
Dia sangat ingin seperti teman temannya yang memiliki keluarga yang hangat dan harmonis, dia menginginkan itu semua.
****
Sebuah ketukan pintu membuat Vano menghentikan aktifitas main game online nya. Vano bangkit dari kasur dan menyibakan selimut yang menutupi tubuhnya.
"Bunda?" Vano mengerutkan dahinya.
Vara tersenyum.
"Kita turun ke bawah yu, kita makan bareng, papah kamu udah nungguin di sana." Ucapnya Vara menatap Vano sendu.Sejujurnya dia sangat ingin dekat dengan anaknya, tapi entah kenapa Vano seakan mengindar. Ia tahu ia salah, ia tak bisa meluangkan waktunya untuk anak laki lakinya itu. Tapi mau bagaimana lagi semuanya sudah terlambat.
Vano menghela napas.
"Iya nanti Vano turun." Setelah itu Vano menutup pintu kamarnya.****
Saat ini Suasana di meja makan sangat canggung dan Vano tak menyukai itu. Varo yang melihat itu membuka suaranya.
"Vano papah mau tanya." Ucap Varo mengambil minumanya.
"Kamu masih ingat sama Grenth?" Varo, setelah itu meletakan gelasnya kembali.
Vano mengerutkan keningnya. Tunggu! Grenth? Merasa tak asing dengan nama itu namun siapa ia tak ingat. Vano menggeleng tak tahu.
Varo menghela napas. Bagaimana mungkin Vano melupakan gadis itu secepat ini, padahal dulu dari kecil mereka suka main barsama.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANO ALDEVARO
Teen Fiction[FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] Vano Aldevaro ketua geng motor The Vansking itu sering kerap di panggil iblis sekaligus malaikat pencabut nyawa bagi siapapun yang berani berbuat macam padanya. Tak lupa wajahnya yang tampan itu membuat Vano...