TYPO BERTEBARAN!!
PROSES REVISI.JANGAN LUPA TEKAN TOMBOL VOTE NYA DI BAWAH.
Grenth menatap Alena yang tengah sendirian di halt bus. Ini akan menjadi mudah. Namun saat akan melangkah ia melihat Bianca dan teman temanya menghampiri dan membawa Alena.
"Sialan" Grenth menatap benci Bianca. Lalu ia mengikuti diam diam ke mana Bianca membawa Alena pergi.
Jalan ini batinya. Kemudia dia tersenyum miring dan menelfon seseorang yang kini sedang menunggunya.
****
"Alena!" Teriak Vania dan Grace bersamaan, mereka menatap Bianca tak percaya dengan air mata yang terus menetes. Bianca melepaskan Vania dan maju ke depan.
"Bianca!" Teriak mereka. Bianca tak mungkin menang melawan mereka semua, Bianca bukanlah Vano.
Bianca menendang kelemahan pria, yaitu penisnya. Lalu memukul kepalanya menggunakan batu yang ia bawa waktu Alena tak sengaja menjatuhkanya tadi.
Bugh
Bianca memukul wajah salah satu pria itu. Ia lumayan bisa beladiri karena sering lihat Vano diam diam ketika cowok itu tawuran.
Tiba tiba sebuah pisau melayang dan datang segerombolan pria lainya. Bianca berlari dan menarik lengan Vania dan Grace. Lalu ia lompatkan dirinya ke dasar jurang.
Sekumpulan pria itu terdiam. Mereka menatap tak percaya apa yang ada di depannya. Bunuh diri?
"Bagaimana?" Tanya salah satu siswi yang tak lain dan tak bukan adalah Grenth.
"Mati" Ucap pria itu.
Grenth terkekeh remeh.
"Cuman kejar kejaran doang ternyata, gue kira ada yang lebih wow." Setelah mengucapkan itu Grenth pergi dari sana.****
Disisi lain kini Alena memegang batang pohon agar tak terjatuh. Karena di bawah sana adalah jurang, ketika ia melepaskannya ia akan mati. Dan Alena mendengarkan percakapan yang ada di sana.
Suara itu batinya.
Ia merasa familir dengan suara itu. Lalu Alena membelalakan matanya.
"Grenth"
****
Dirasa sudah aman Alena naik ke atas. Lalu dia menatap sekeliling dan gelap tak ada yang hidup di sini, hanya ada angin yang berhembus.
Alena menatap sekeliling. Dimana Bianca dan yang lainya? Namun tatapanya tertuju pada tas yang berserakan di tanah.
"Bianca" Lirihnya.
Tiba tiba terdengar suara motor, Alena menoleh ke belakang dengan terkejut.
"LO SIAPA!" Teriak Alena was was. Lalu dia menemuan sebuah pisau yang tergeletak di bawah. Alena mengambilnya dan menyondongkan pada pemotor itu.
Seseorang itu mematikan mesin motornya dan membuka helmnya.
"Arga" Lirih Alena. Ia kira dia siapa.
"Alena? Lo ngapain di sini!." Tanya Arga turun dari motornya.
Alena mendekati Arga dan memeluknya.
"Eh" Arga terkejut. Alena menangis, Alena tak tahu harus apa Alena hanya ingin pulang.
"L-lo kenapa" Arga gugup. Alena menatap Arga lalu menjelaskan kejadian tadi.
****
"Lo jangan ngarang!" Marah Arga.
"Gue gak ngarang, lo liat tas ini. Ini punya Bianca Vania dan Grace" Alena menyodorkan tas milik Bianca.
Arga menatapnya. Ini memang benar tas milik Bianca, dan juga ia melihat handpone. Dan saat di buka walpaper ini menunjukan foto Bianca.
Apa benar ini semua ulah Grenth. Arga akan menyelidikinya sendiri.
"Sekarang gue anter lo pulang" Arga.
Namun saat itu juga datang sekumpulan motor lainya. Dan Arga tahu betul siapa itu. Erlangga.
Erlangga turun dari motornya dengan tergesa gesa untuk menghampiri Alena.
"Alena kamu kemana aja, kamu gak papa?" Erlangga khawatir. Lalu tatapannya tertuju pada luka lebam Alena di pipinya.
"Kamu kenapa?!" Erlangga sedikit teriak. Lalu Erlangga menatap Arga.
"Lo yang lakuin ini semua!" Bentaknya.
"Abang, udah ini semua ga ada kaitannya sama dia." Cegah Alena.
Erlangga menatap Alena.
"Cerita"Alena menganguk dan menceritakan semuanya kembali.
****
Semua orang terkejut, termasuk Erlangga, Gio, Joseph dan Rian.
"Kamu gak boong kan de?" Erlangga kurang percaya.
Alena menggeleng.
"Enggak abang, Alena gak boong."Joseph melihat sesuatu di tanah, lalu ia memungutnya. Sebuah gelang yang bertulisan Psycho Gilbret.
"Lo lihat ini" Joseph menyodorkan gelang itu. Arga mengerutkan dahinya, Apakah nama geng?.
"Ini nama geng bukan sih?" Tanya salah satu anggota The Rack heran.
"Gue gak tahu." Gio.
"Coba sini" Arga menyodorkan tangannya untuk meminta gelang itu. Dan dengan sebal Joseph memberikanya.
"Gue simpan, biar gue cari tahu" Arga memasukan gelang itu ke jaket kebesaranya.
Erlangga menatap tajam Arga.
"Lo suka sama adek gue? Kenapa lo harus repot repot nyari tau tentang gelang itu."Arga menghela napas.
"Gue gak suka. Siapa tahu gelang ini berguna untuk nanti" Setelah mengucapkan itu Arga naik ke atas motor dan menyalakan mesin motornya. Lalu melajukanya dengan cepat."Sekarang kita pulang" Erlangga. Lalu dia melepaskan jaketnya dan memasangkannya pada tubuh Alena.
JANGAN LUPA PENCET TOMBOL VOTE NYA DAN KALIAN BOLEH KOMEN BAGAIMANA DENGAN CERITA INI.
TOLONG HARGAI KARYA SESEORANG, JANGAN DI KETIK ULANG!!
KAMU SEDANG MEMBACA
VANO ALDEVARO
Teen Fiction[FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] Vano Aldevaro ketua geng motor The Vansking itu sering kerap di panggil iblis sekaligus malaikat pencabut nyawa bagi siapapun yang berani berbuat macam padanya. Tak lupa wajahnya yang tampan itu membuat Vano...