24. Menjauh

56 6 0
                                    

PROSES REVISI.

JANGAN LUPA UNTUK TEKAN TOMBOL VOTE NYA DI BAWAH.

Kini sudah dua minggu di mana kejadian Alena melihat kakaknya dengan Grenth. Dan dua minggu itu pula Alena dan Erlangga jarang sekali berbicara. Entah lah, akhir akhir ini Erlangga kakaknya seperti menjauhinya.

Alena menuruni anak tangga satu persatu menuju ke meja makan di mana di sana sudah terdapat keluarganya termasuk ada Erlangga di sana.

Alena duduk di samping kakaknya dengan canggung. Sedangkan Erlangga nampak tidak peduli, dia terus memainkan ponselnya sesekali tertawa kecil.

"Kak hari ini berangkat bareng ya." Ucap Alena dengan was was. Masalahnya Erlangga saat ini sangat dingin, tidak seperti dulu. Bahkan jika berbicara dengannya akhir akhir ini sangat singkat.

"Gak bisa." Ucapnya.

Alena mendongak dengan sedih, lalu menunduk.
Erlangga bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya lalu pergi begitu saja. Bahkan berpamitan dengan orang tuanya pun tidak.

Radit dan Alea kedua orang tua anak itu mengernyit heran. Ada apa dengan anak laki-lakinya.

Alea menatap Alena dengan sayang.
"Alena. Kakak kamu kenapa? Kamu ada masalah sama dia, kok daritadi mamih perhatiin kalian saling diem, kenapa? " Ucapnya.

Alena mendongak lalu menggeleng pelan. Alena juga tidak tahu, apa penyebab kakaknya seperti itu. Namun sepertinya itu semua ada hubungannya dengan Grenth.

****

Alena, Ana dan Anya kini berjalan berdampingan di Koridor menuju kantin. Karena hari ini seluruh guru rapat dengan guru guru di luar sekolah.

Bahkan hari ini sekolahnya sangat ramai. Bukan, bukan karena ada siswa sekolah lain yang datang ke sini, melainkan di lapangan sana Katua The Vansking dan beberapa anggota nya kini tengah bermain basket dengan sebagian siswi siswi yang berteriak menyemangatinya.

Alena sebenarnya ingin ke bawah sana, namun tatapan tak suka siswi siswi itu membuat niatnya urung.

Setelah sampai di kantin Alena duduk di meja tengah dengan Ana yang berinisiatif memesan makanan kedua sahabatnya.

"Lo pada mau makan apa biar gue pesenin. " Ucap Ana menatap kedua sahabatnya.

"Gue lagi pengen makan mie ayam, tapi yang pedes ya. " Alena menatap Ana di balas wanita itu mengangguk.

"Gue batagor aja deh" Anya. Setelah kedua sahabatnya menyebutkan makanan yang ingin di pesan Ana pergi dari sana.

"Oh ya Len, nanti kalo lo mau ambil buku paket biologi sekalian ya ambilin juga punya gue, gue males banget kalo pergi ke perpus." Ucap Anya dengan melas.

Alena mengangguk.
"Oke, nanti sekalian gue ambilin kalo gue ke sana."

****

Setelah selesai makan kini Alena, Ana dan Anya bangkit dari duduknya menuju kelas. Namun saat akan keluar, terlihat dari arah depan pintu kantin Vano dan teman temannya berdatangan secara bergerombol.

Vano dengan kaos hitam polosnya yang kini di penuhi keringat, lalu keringat di pelipisnya dan juga rambut basah acak acakan.

Oh ayo lah aura Vano sangat berbeda dari teman temannya. Bahkan ketampanan nya tidak bisa di jelaskan dengan kata kata.

VANO ALDEVARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang