10.Sekolah

263 30 6
                                    

AGAR AUTHOR LEBIH SEMANGAT NULISNYA KALIAN BOLEH KOMEN.

JANGAN LUPA PENCET TOMBOL VOTE NYA. GRATIS KOK!.

Kini Erlangga mengendarai motor dengan kecepatan penuh dengan Alena di belakangnya. Dia sangat marah, ia tak ingin Alena bertemu dengan laki laki lain apalagi dengan Vano musuhnya. Ia benar benar tak menyukainya. Terlebih lagi tatapan Vano menatap Alena membuat dia benar benar ingin membunuhnya.

Ia tak peduli ketika dia di kepung oleh anak The Vansking bahkan untuk mati pun ia tak masalah. Apalagi ketika ia datang dan melihat tatapan anak The Vansking menatap benci Alena membuat, Erlangga ingin mencokel matanya dan mendorongnya ke tengah jalan.

"GA!" Teriak Joseph di belakang sana tak lupa dengan Gio dan Rian yang kini ikut mengejar Erlangga yang seperti ingin membawa Alena menghadap tuhan dengan cepat.

"Erlangga berhenti!" Gio memanggil Erlangga bahkan ada beberapa kendaraan yang terganggu. Gio membuka kaca helmnya. Apa Erlangga tak memikirkan keselamatan Alena? Bagaimana kalo terjadi apa apa dengannya.

"Cih sialan." Decih Joseph. Dia menancap gasnya kencang menyusul Erlangga yang kini bawa motor seperti orang kesetanan.

Kini Alena memegang baju seragam Erlangga kuat, setetes air mata mengalir di pipinya membuat dia tak berhenti terisak. Alena takut! Dia sudah sangat lama tak menaiki motor, sekalinya naik motor sudah seperti ini.

Niat dia hanya ingin membuat Erlangga senang akan dirinya datang ke sekolah kakaknya tapi malah kacau seperti ini.

"Kak berhenti." Lirih Alena seketika membuat Erlangga menghentikan laju motornya sehingga menimbulkan decitan.

Alena. Lirihnya dalam hati.

Joseph Gio dan Rian turun dari motor dengan Joseph yang kini membanting helmnya kasar lalu menghampiri Erlangga.

Bugh

Dia memukul rahang Erlangga kuat membuat Erlangga terhuyung ke belakang.

"Lo mau bikin adik lo mati hah!" Teriak Joseph mencengkram kerah baju Erlangga.

"Saat dia koma lo janji bakal jagain dia tapi setelah dia udah sadar lo malah mau bikin itu keulang lagi!! Iya?!" Bentaknya.

Erlangga menggeleng, bukan itu maksud dia, dia tak berniat membuat Alena celaka dia hanya marah melihat Alena dengan orang lain, ia tak menyukainya. Alena hanya miliknya oleh sebeb itu Erlangga tak bisa mengontrol emosinya tadi.

"Kak udah, ini salah Alena, harusnya dari awal Alena bilang dulu sama bang Erlangga kalo Alena mau ke sekolahnya." Jelas Alena tersedu sedu.

Niatnya untuk membuat kejutan untuk Erlangga malah berakhir seperti ini. Ia benar benar tak ada niat membuat Erlangga marah seperti ini.

Rian yang memang peka terhadap seorang perempuan mengahampiri Alena dan mengusap puncak kepalanya.

"Kakak tahu maksud kamu, kamu mau bikin kejutan buat abang kamu kan? Tapi rencana itu tak sesuai yang kamu inginkan." Jelas Rian tersenyum.

"Kak Rian." Alena mendongak.

Alena terisak lalu memeluk Rian erat. Baru kali ini ia bertemu pria yang peka terhadap perempuan. Kebanyakan pria jaman sekarang tidak ada yang bisa memahami seorang perempuan terutama kakaknya.

Erlangga memalingkan pandangan lalu mengusap wajahnya kasar. Jadi itu maksud Alena, dia benar benar tak tahu, kenapa tadi tidak dia tanya saja kepada Alena untuk menjelaskan semuanya.

Dan kenapa dia tak bisa peka seperti Rian, itu akan jauh lebih mudah untuk memahami Alena.

Erlangga menghampiri Alena lalu mendekapnya erat seakan takut kehilangan.

VANO ALDEVARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang