PROSES REVISI.
TYPO BERTEBARAN!JANGAN LUPA KOMEN DAN VOTENYA YA, GRATIS KOK GRATIS TINGGAL NYALAIN DATA AJA!!.
Tok tok tok
Vano mengetuk pintu rumah Grenth, ia menatap sekeliling rumah ini. Benar benar sepi seperti tak berpenghuni.
"Eh Vano sini masuk."
Grenth membuka kan pintu lebar lebar mempersilahkan Vano masuk ke dalam.
"Sini duduk dulu, mau gue buatin apa?" Tanyanya.
"Gak usah. Nih bunda nitipin ini buat lo, lo belum makan kan?"
Vano menyerahkan rantang yang di siapkan oleh bundanya tadi.
"Yah Van padahal gak usah loh, jadi ngerepotin gini, gue jadi gak enak." Grenth tak enak hati.
"Gak papa, ayo kita makan gue juga belum makan, bunda nyiapin banyak buat kita." Vano memegang lengan Grenth menuju meja makan.
****
Setelah makan kini Grenth dan Vano menonton film di ruang tamu dengan Grenth yang berbaring di paha Vano.
"Jangan pergi yah Van, jangan tinggalin gue sendirian." Grenth.
Vano yang mendengar itu bergumam pelan sebagai jawaban dengan tangan yang sibuk mengelus rambut Grenth.
Dengan perlahan mata Grenth tertutup. Vano menatap wajah Grenth. Wanita ini benar benar cantik. Dengan perlahan Vano mengangkat tubuh Grenth ala bridal style lalu membawanya ke kamar Grenth di lantai dua.
Setelah membaringkan Grenth Vano menutup tubuh Grenth dengan selimut. Mengusap pipinya lalu menciumnya.
Vano menuruni tangga menuju bagasi, menyalakan mesin motornya dan melajukan membelah malam ibu kota.
****
"Seneng gak bisa pulang?" Tanya Alea pada Alena yang sedari tadi tak berhenti tersenyum.
Sedangkan Radit dia tak berhenti terkekeh mendengar ocehan anak gadisnya yang menceritakan mimpinya selama dia koma.
"Masa pih aku mimpi kucing lahiran kan aneh."
Alena yang kini duduk di atas paha Radit dengan tangannya memeluk leher papihnya.
"Apanya yang aneh? Kan kucing emang lahiran, yang aneh itu kalo kucing lahiran keluarnya burung nah itu baru aneh."
Radit menempel kan hidung nya dengan hidup Alena. Sedangkan Erlangga yang mendengar obrolan keduanya terkekeh pelan. Senang rasanya melihat seseorang yang ia nanti nanti kembali.
"Udah ngobrolnya nanti lagi, sekarang kita keluar kita pulang kerumah." Alea menengahi mereka.
"Yaudah yu kita pulang, tapi kalian duluan ke parkiran yah, papah mau urus administrasi nya Alena dulu." Radit lalu menyerahkan Alena pada Erlangga.
****
Kini mobil itu di penuhi oleh canda dan tawa, ocehan Alena lah yang membuat suasana semakin menghangat.
Namun di pertengahan menuju rumah Alena tak sengaja melihat toko pet shop dan ia sangat tertarik ingin membeli kucing.
"Pih pih berhenti dulu, Alena pengen ke sana." Tunjuk Alena membuat Radit terpaksa memberhentiakan mobilnya.
"Alena mau beli apa sayang?" Alea.
"Alena pengen kucing mah."
Alena. Dia jadi mengingat mimpinya ketika dia bermimpi kucing dia jadi ingin memelihara kucing.
KAMU SEDANG MEMBACA
VANO ALDEVARO
Teen Fiction[FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] Vano Aldevaro ketua geng motor The Vansking itu sering kerap di panggil iblis sekaligus malaikat pencabut nyawa bagi siapapun yang berani berbuat macam padanya. Tak lupa wajahnya yang tampan itu membuat Vano...