5.Gadis Cantik

394 35 4
                                    

AGAR AUTHOR LEBIH SEMANGAT NULISNYA KALIAN BOLEH KOMEN.

DAN TOLONG VOTE YAH, GRATIS KOK GRATIS!!

Kini seorang lelaki tampan tengah menatap wajah cantik seseorang yang saat ini tengah terbaring lemah di brankar rumah sakit dengan beberapa selang di sekujur tubuhnya.

Kapan gadis ini terbangun dari tidur panjangnya. Jujur ia sudah tak kuat lagi jika terus terusan seperti ini, ia ingin sekali menceritakan semua tentang kehidupannya yang berubah menjadi kelam.

Ia menghela napas.
"Hey bangun. Lihat wajah abang lebam lebam, emangnya kamu gak mau obatin abang apa."

Lirihnya dengan terus menatap perempuan yang saat ini masih menutup mata.

Dia tau percuma berbicara panjang lebar, namun setidaknya itu bisa mengurangi beban yang ada di dalam pikirannya.

Gadis cantik yang kini di pasangkan dengan beberapa alat di tubuhnya membuat laki laki itu membayangkan jika gadis ini bangun, pasti banyak yang menyukainya.

Lihat saja dengan wajah pucatnya, namun itu tak membuat kedar kecantikanya mengurang.

Laki laki itu mengecup lembut tangan seorang perempuan yang kini tengah di infus itu, lalu mengecup puncak kepala adiknya cukup lama.

"Abang pulang dulu ya mau istirahat, nanti mami sama papi kesini buat jengukin kamu." Ucapnya lalu ia melangkah keluar dari ruang rawat adiknya menuju rumah.

****

Saat Erlangga tengah melajukan motornya ia tak sengaja melihat seseorang yang tidak asing menurutnya. Dia melihat Vano dengan seorang perempuan di depan sana.

Siapa dia gumamnya. Apa wanita itu pacarnya Vano? Namun dengan cepat Erlangga segera menggelangkan kepalanya. Tak mungkin seorang iblis memiliki pacar. Dia tahu betul siapa Vano, saking tahunya ia ingin menghancurkanya.

Disisi lain kini Vano dengan Grenth tengah duduk berduaan di taman yang saat ini banyak sekali di kunjungi anak anak muda. Wajar saja karena malam ini adalah malam minggu. Tak lupa juga dengan es krim yang berada di tangannya masing masing.

Di sini sangat ramai, bahkan ada anak anak muda yang sedang berboncengan, tak lupa juga dengan orang orang yang berjualan di pinggir jalan.

"Rame banget ya Van" Ujar Grenth yang saat ini tengah memakan es krim sesekali melihat orang orang yang berlalu lalang.

Vano yang mendengar penuturan Grenth hanya mengangguk.

Vano menoleh ke samping, ia melihat es krim dari sudut bibir Grenth. Dan tanpa permisi Vano mengelap sudut bibir Grenth menggunaan jari tanganya.

Grenth membeku di tempat dan menoleh ke arah Vano. Kini tatapan keduanya bertemu membuat jantung mereka berdetak tak karuan.

Vano yang sadar akan sesuatu segera menjauhkan wajahnya.
"Maaf"

Grenth mengangguk samar dan itu membuat kedua pipinya bersemu merah.

****

Kini Vano berjalan di atas kolidor, dan yang membuat orang orang terkejut adalah Vano berjalan bersama dengan seorang perempuan yang berada di sampinganya

Para siswi siswi itu menatap Grenth tak suka. Berbeda dengan para siswa yang kini memandang Grenth dengan tatapan memuja.

Saat ini Vano membawa Grenth ke kelasnya terlebih dahulu, setelah itu ia akan mengantarkan gadis ini ke kelas XII IPA 3.

Saat memasuki kelas, Vano mendapati keempat sahabatnya yang saat ini menatapnya seolah olah bertanya. Siapa yang ia bawa! Vano melempar tasnya tepat di samping Arga.

Ia menatap keempat sahabatnya yang kini menatapnya meminta jawaban.

Vano menghela napas.
"Grenth temen gue waktu SMP."

"Temen? gue gak yakin ada cewe yang mau temenan sama lo."

Ucapan Digra membuat Grenth menoleh ke arah Vano.

"Gak ada yang mau?" Ucap Grenth. Regvan bangun dari duduknya.

"Iya lah, setiap ada cewek yang mau deketin Vano pasti kata kata pedes yang mereka dapet dari Vano." Ucap Regvan melangkah ke arah mereka berdua. Yang kini membuat Vano menatapnya tajam.

Tiba tiba tangan Vano ada yang mencekalnya erat. Setelah di lihat lagi ternyata Bianca dan kedua temanya.

"Vano kangen. Sehari gak ketemu tuh aku serasa mau mati." Bianca yang kini bergelayut manja di tangan Vano.

Grenth menatap Bianca dengan tatapan yang sulit di artikan dan itu tak luput dari pandangan Arga dan Rey.

Sesaat tatapan Grenth dan Vania bertemu. Vania menatapnya sinis.
"Paan lo liat liat." Sentaknya membuat Grenth terkejut.

Vano menghentakan tangan Bianca kasar.
"Lepas." Bentak Vano.

"Ih Vano kok gitu!" Bianca mengambil lagi lengan Vano dan memeluknya.

"Lagian ada yang mau aku tanya sama kamu. Dia siapa sih?!" Bianca menatap sebal Grenth.

Jujur Bianca iri. Wanita yang ada di depanya tak kalah cantik dengan dirinya. Jujur Bianca tak suka itu.

Grenth menunduk.
"Vano, g-gue ke kelas sendiri aja makasih." Grenth.

Namun sebelum benar benar pergi Vano menahan tangan Grenth dan menghentakan tangan Bianca kasar.

"Biar gue antar Gre-" Ucapan Vano terhenti ketika Grenth menatapnya berkaca kaca.

"Hey kenapa nangis." Vano menghapus air mata Grenth.

"Maafin gue oke, sekarang kita ke kelas." Vano.

"Vano kamu ap-"

"DIAM!" Bentak Vano memotong ucapan Bianca.

"Vano kok kamu git-"

"Gue bilang diem." Vano lagi lagi memotong ucapan Bianca dan menatapnya tajam.

Setelah itu Vano membawa Grenth keluar kelas. Vania dan Grace menghampiri Bianca untuk menenangkanya.

"Kapan sih Vano peka sama perasaan gue." Bianca dengan air mata yang mengalir di kedua pelupuk matanya.

Namun dengan segera dia mengelap air matanya kasar.
"Gue akan buat tu cewek gak betah di sini." Ucapnya pada diri sendiri.

Sesaat Bianca menoleh ke arah di mana Arga, Rey, Regvan dan Digra berada yang kini menatapnya.

"Apaan lo liat liat." Bentaknya setelah itu Bianca pergi dari sana bersama kedua temanya.


Selesai Bacanya? Bagaimana ceritanya tolong Komen.

Jangan lupa untuk Vote nya okey, tolong hargai karya ini.

Kalian jangan lupa mampir ke Cerita SARKA , ALSAVA dan DUDA 21+ yah.

Terimakasih.

VANO ALDEVARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang