8.Bersama sang adik

320 33 7
                                    

PROSES REVISI.
TYPO BERTEBARAN!

JANGAN LUPA KOMEN DAN VOTENYA YA, GRATIS!!.

Pagi ini Erlangga membawa Alena ke taman rumah sakit, dengan Alena yang kini duduk di kursi roda.

Tadi setelah makan dan minum obat Alena merengek pada kakaknya agar dia membawa dirinya keluar. Karena bosen terus terusan berada di ruangan itu. Sekalian merenggangkan otot otot tubuhnya yang terasa kaku.

Alena memejamkan kedua matanya ketika angin pagi menerpa lembut wajahnya membuat rambut dia berterbang kesana kemari.

Erlangga yang melihat itu tersenyum tipis, benar benar cantik.

"Emm sejuk banget" Gumam Alena dengan mata yang terus tertutup.

Erlangga yang melihat itu terkekeh pelan,"Gimana hm suka gak?" Tanya Erlangga yang kini berjongkok di depan adiknya.

Alena hanya mengangguk dengan bibir yang tak berhenti tersenyum. Ia benar benar suka udara pagi.

Disisi lain kini seorang laki laki yang ingin membeli sesuatu berhenti di tempat ketika ia merasa tak asing dengan seseorang di depan sana.

Halisnya mengkerut. bukan kah itu Erlangga Ketua The Rack musuh nya bang Vano termasuk musuhnya juga?. Ngapain dia di rumah sakit? Terlebih lagi dengan seorang perempuan.

Terlihat dari wajahnya gadis itu sangat cantik walau ia tak bisa milihat dengan jelas wajahnya. Hanya punggung nya saja yang ia lihat. Siapa perempuan itu, gumamnya.

"Woy Han ngapain lo bengong di sini" UJar seseorang menepuk pundaknya membuat ia terlonjak kaget.

"Lo apaan si anjing ngagetin aja setan!" Ujar Raihan kesal kepada temannya.

"lagian lo bengong di sini kaya anak pungut" Dira terkekeh di kalimat terakhirnya membuat Raihan menatapnya tajam.

Apa apaan si Dira ini, padahal sudah jelas jelas dia tau kalau dirinya adalah anak pengusaha, bisa bisanya di bilang anak pungut.

"Lo tadi lagi liatin apaan sih!" Ujar Dira kepo pada Raihan yang kini menatapnya.

"Eh coba lo liat itu." Tunjuk Raihan pada Dira agar ia mengikuti arah pandangnya.

"Itu Erlangga bukan sih!" Tanyanya penasaran dengan tangan yang terus menunjuk.

Ketika ia melihat jelas arah tunjuk temannya ia membolakan matanya kaget,"Iya anjir itu si Erlangga, eh ngomong ngomong dia sama siapa?" Tanyanya balik membuat Raihan menggelepak kepalanya.

"Justru itu gue tanya sama lo, tu perempuan siapa!" Ucap nya benar benar kesal, kenapa tuhan mengirimkan teman seperti ini.

Seketika Dira mengingat percakapan anak anak sewaktu di markas ketika mereka membicarakan Erlangga, bahwa Erlangga mempunyai seorang adik perempuan.

Lalu Dira menepuk keras punggung Raihan membuat sang empunya mengaduh kesakitan.

"Lo inget gak percakapan kita sama anak anak kalo Erlangga punya adik perempuan dan adiknya koma?" Tanya nya kepada Raihan membuat cowok itu langsung berpikir.

"Oh iya gue inget!" Ucapnya heboh ketika dia mengingatnya.
"Apa itu adiknya?" Ucapnya kembali sambil menatap perempuan di depan sana.

Tiba tiba handphone nya bergetar, ia mengambil benda pipih itu tertera nama Rafa di sana.

"Halo?"

"Lo dimana anjing cepetan gue laper" Ucap kesal Rafa di sebrang sana.

"Iya ini gue kesana." Lalu dengan sepihak Raihan mematikan telfon itu.

VANO ALDEVARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang