11.Aldevaro

223 24 6
                                    

PROSES REVISI.
TYPO BERTEBARAN!!

JANGAN LUPA PENCET TOMBOL VOTE DAN KOMEN.

Beberapa hari kemudian.

Seorang gadis cantik dengan seragam putih abu abu yang kini melekat pada tubuhnya. Dengan rambut hitam panjang yang sengaja ia gerai dengan gelombang di bagian bawahnya membuat seseorang ketika melihatnya enggan menoleh ke arah lain.

Alena Aditya. Dengan bibir yang di olesi liptint merah dengan wajahnya yang putih mulus tanpa ada pori pori sedikitpun menuruni anak tangga satu persatu tak lupa dengan tas yang ada di pundak kanannya.

"Good Morning." Sapanya membuat orang yang ada di meja makan sontak menolehkan kepalanya.

Mata Erlangga terbelalak. Alena?kenapa dia pakai baju sekolah, dan yang lebih terkejutnya lagi ia melihat bet yang ada di sisi kiri seragamnya. Itukan bet anak SMA higs school apa Alena sekolah di sana? Apa apaan ini.

"Alena k-kamu ngapain pake baju sekolah?" Ucap Erlangga tak percaya.

"Alena kan mau sekolah." Ucap Alena duduk di sebelah kakaknya.

"Kamu satu sekolah sama abang?" Tanyanya memastikan bahwa Alena satu sekolah denganya.

Alena menggeleng.
"Enggak. Alena gak satu sekolah sama abang."

"KENAPA!" Tekan Erlangga.

Radit menghela napas.
"Kalo Alena satu sekolah sama kamu dia gak bakalan bebas, dia gak bakalan punya temen nanti kalo satu sekolah sama kamu." Ucapan Radit membuat Erlangga menganga tak percaya.

"Tapi Erlangga gak setuju Alena sekolah di sana, di sana itu ad-" Erlangga memotong ucapanya. Tak mungin dia bilang bahwa di sana ada musuhnya. Mamih dan Papihnya tak mengetahui bahwa Erlangga adalah ketua geng motor.

"Apa? Ada apa di sana?." Radit.

"Pih, d-di situ a-ada a-" Apa yang harus ia ucapkan.

"Pokoknya kamu gak boleh larang larang Alena lagi, ini udah keputusan papih!" Radit.

"Apa papih gak mikirin Alena, gimana kalo Alena kenapa napa? Di luar sana ada banyak orang jahat pih!" Ucap Erlangga meyakini.

"Justru yang jahat itu yang ada di rumah." Erlangga bungkam.

Apa maksud papihnya? Apakah dirinya jahat karena terus mengekang Alena? Tapi itu semua demi kebaikan adiknya.

"Tapi kenapa harus di sekolah itu pih, masih banyak sekolah lain selain higs school, contohnya SMA Pancasila kan bisa."

Erlangga terus berusaha meyakinkan papihnya dengan keringat yang kini membanjiri pelipisnya. Cih sial.

"No! Ayo Alena kita berangkat nanti kita telat, ini hari pertama kamu kan?" Radit berdiri dari duduknya.

"Iya ayo pih. Mih Alena sekolah dulu yah." Alena mencium lengan punggung Alea.

"Iyah sayang hati hati."

"Iya. Yu pih." Alena menarik lengan Radit membawanya keluar rumah.

                          ****

Radit memberhentikan mobilnya di depan gerbang High School lalu menatap Alena.

"Sekolah yang bener ya, jaga diri baik baik."

"Iya pih kalo gitu Alena turun dulu." Alena lalu mencium punggung tangan Radit.

Radit tersenyum lalu mengusap kepala puncak Alena.

VANO ALDEVARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang