22.Pesta

62 4 0
                                    

PROSES REVISI.
TYPO BERTEBARAN!!

JANGAN LUPA PENCET TOMBOL VOTE NYA. GRATIS!!

Bayu menatap nanar mobil hitam yang kini melaju jauh. Padahal selangkah lagi dia akan menemukannya.

Bayu menegakkan tubuhnya ketika  dia teringat sesuatu. Bayu menoleh ke belakang, setidaknya masih ada teman anak yang memegang kapak tadi, dia bisa menanyainya.

Bayu berdiri.

"Mau kemana pak?" Tanya Alvin.

Bayu diam membisu ketika dia tak mendapati siapa siapa di sana, anak anak itu telah kabur.

                          ****

Rayen Aldevaro turun dari mobil dan menarik Vano kasar. Vano itu tak beda jauh dengan anak nakalnya, Varo.

Rayen menarik lengan Vano membawa masuk ke dalam rumah dan menghempaskan nya kasar.

Vara dan Varo yang tengah bersantai di kursi ruang tamu dengan Varo yang tengah meminum teh dengan stelan kantornya mendongak.

Vara berdiri.
"Papa! Ada apa ini?" Tanya Vara khawatir ketika dia melihat luka memar memar di wajah anaknya.

Jangan bilang Vano tawuran lagi, pikirnya.

"Tolong urus anak kalian, jangan jadi anak berandalan yang sering urak urakan di jalanan!" Tekan Rayen menatap Vano dan Vara bergantian.

"Vano kamu tawuran lagi?" Tanya Vara menghampiri Vano.

"Ini bukan urusan bunda." Dingin Vano, setelah itu Vano pergi keatas menuju kamar.

"Vano! Bunda belum selesai bicara!" Vara ikut menyusul Vano ke atas.

Rayen menatap anaknya yang kini menyenderkan tubuhnya di kursi dengan kaki yang di naikan ke atas kakinya lagi, lalu dengan tangan yang bersidakep dada. Varo menaikan sebelah alisnya lalu tersenyum.

Rayen melangkah menghampiri.
"Vano tak beda jauh dengan mu waktu dulu Varo"

Varo mengangguk mendengarkan ucapan papanya yang kini duduk di depannya.

"Namun bedanya aku sangat kesusahan mengurus mu dulu, sedangkan kau sangat bersantai santai dengan istri mu di sini" Rayen kesel.

"Aku tak akan mengekangnya. Aku akan membebaskan dan membiarkan dia menjadi laki laki yang mandiri, laki laki yang memiliki rasa tanggung jawab tanpa melibatkan orang tua!" Varo.

Seperti ini lah dia mendidik anaknya, hanya saja dia akan melarang ketika Vara menyuruhnya. Selebihnya jika dia akan bilang aku sudah lelah mengurus nya, biarkan saja!

                         ****

Erlangga, Gio, Joseph, Rian, Farel, Farkas dan Davin kini menunggu di ruang UGD dengan Erlangga yang tak berhenti berjalan kekanan dan kekiri.

Khawatir? Tentu saja, dia sangat khawatir dengan kondisi adiknya.

"Erlangga!" Panggil seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah mami nya.

"Mami?" Erlangga.

Plak

Satu tamparan mendarat di sebelah pipi kanannya. Erlangga memegang pipinya.

"Ini semua karena kamu ikut geng motor yang gak jelas itu!" Bentaknya dengan air mata yang terus menetes.

"Adik kamu jadi kena!" Lirihnya.

VANO ALDEVARO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang