1 - Kaila

3.5K 331 17
                                    

Pagi ini Bian terpaksa mengajak Kaila ke kantor. Tak apa, lah, demi putri kesayangannya ini apapun akan Bian lakukan. Hari ini sekolah Kaila memang libur. Sesampainya di kantor, Bian mengajak Kaila untuk masuk ke ruangannya.

Tok, tok, tok.

Terdengar suara ketukan pintu. "Masuk," suruh Bian pada seseorang di luar sana yang sudah mengetuk pintu itu. Seorang wanita membawa beberapa dokumen masuk ke ruangan Bian, dia adalah Nara.

"Selamat pagi, Pak. Ini bahan untuk meeting sudah saya siapkan dan Bapak sudah ditunggu di ruang meeting." Kata Nara sambil meletakkan beberapa dokumen ke meja kerja bosnya itu.

"Oh, iya. Terima kasih." Jawab Bian mengambil dokumen itu untuk sekadar dibaca sekejap. "Kalau begitu saya permisi, Pak." Pamit Nara pada Bian. Nara pun keluar dari ruang kerja Bian.

Hanya butuh waktu sekitar 5 menit untuk mereview bahan meeting, Bian membereskan sesuatu yang akan dia bawa. "Kaila, Ayah mau meeting dulu, ya. Kaila tunggu sebentar di sini." Kata Bian sambil mengusap rambut Kaila dengan sayang.

"Yah, Kaila takut ada orang jahat. Kaila ngga mau sendirian." Jawab Kaila dengan nada sedikit merajuk. Bian pun tertawa kecil, "Ngga ada, sayang."

"Kaila mau sama tante cantik yang tadi, boleh?"

"Tante cantik? Siapa?" Tanya Bian pada Kaila yang tak mengerti siapa tante cantik yang dimaksud oleh putri kecilnya itu.

"Itu, loh, yang tadi ke sini, kan cantik." Kata Kaila berusaha menjelaskan pada Ayahnya itu. "Oh, Tante Nara?" Tanya Bian memastikan.

"Kaila ngga tau namanya, Ayah. Tapi Kaila mau sama tante cantik itu." Kaila pun turun dari kursi dan mendekati Bian, "Ya, boleh, ya?"

Bian lemah bila Kaila sudah bersikap demikian. Sebisanya, semampunya, Bian akan menuruti segala kemauan Kaila. "Ya, sudah, iya iya, ayo. Tapi jangan nakal, ya." Nasihat Bian pada Nara.

"Siap, Bos!" Kaila mengangkat tangan kanannya untuk memberi hormat pada Bian. Menggemaskan tingkah laku anak ini.

Bian pun menggandeng Kaila keluar dari ruangannya menuju ruangan kerja Nara. Sesampainya, Bian langsung masuk tanpa salam dan permisi. Bos bebas.

"Nara, kamu lagi sibuk?" Tanya Bian mengagetkan Nara yang tengah sibuk mengetik sesuatu di komputer kerjanya.

"Eh?" Reflek Nara menengok ke arah suara. "Maaf, Pak. Saya kira siapa, engga, kok, Pak. Ini sebentar lagi laporannya selesai. Ada yang bisa saya bantu?" Nara berdiri keluar dari meja kerjanya itu. Dia melihat Kaila dan memberikan senyuman.

"Kalau kamu saya tugaskan untuk menjaga putri saya, mau?" Tanya Bian pada Nara.

Terlihat sedikit perubahan raut wajah Nara. Dia mau, amat sangat mau, bahkan Nara adalah sosok perempuan yang menyukai anak kecil. Namun, kali ini Nara baru pertama kali bertemu dengan putri kesayangan bosnya ini. Takut-takut banyak hal yang belum Nara ketahui.

"S-s-saya, Pak?" Tanya Nara sedikit gugup memastikan perintah bosnya itu.

"Iya. Sanggup, ngga? Anak saya yang mau sama kamu katanya, nih." Jawab Bian sambil menggendong Kaila.

"Boleh, Pak. Kalau putri Bapak berkenan memberikan izin." Jawab Nara akhirnya menyanggupi. Tak apa, lah. Hitung-hitung menjadi ibu yang baik, eh. "Sini, sayang. Namanya siapa?" Nara mengulurkan tangannya berniat menggendong Kaila.

"Kaila, Tante." Jawab Kaila di gendongan Nara.

"Saya tinggal dulu, ya. Kaila, jangan nakal sama tante Nara, okey? Kamu kalo butuh apa-apa bisa langsung ke Darel, ya. Dia sudah saya suruh untuk stand by." Kata Bian untuk berpamitan.

Amerta - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang