Dua minggu kemudian,
Sabtu, 21 Agustus 2021
"Saya terima nikah dan kawinnya Denara Ayudia binti Nugroho Sanjaya dengan mas kawin seperangkat alat salat dan kalung emas permata seberat tiga gram dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi, sah?"
"SAH!"
Suara "sah" menggema terdengar hingga seluruh ruangan Florence Hall siang ini. Bian mengangkat kedua tangannya seraya melirik perempuan yang berada di sebelah kirinya. Dia sama-sama sedang menengadahkan tangan saat sang penghulu memanjatkan doa selepas akad. Perempuan itu adalah Denara Ayudia, yang saat ini telah sah menjadi istrinya baik secara hukum maupun agama.
Bian berhasil meyakinkan Nara dan keluarga kalau dia bisa mempersiapkan pernikahan hanya dalam waktu dua minggu. Tidak ada lamaran resmi antara kedua keluarga, namun setelah Nara menerima lamaran Bian waktu itu, Bian sudah berbicara dengan baik kepada Nugroho dan Kirana.
Setelah doa selesai, Bian mengedarkan pandangannya melihat sekitar. Matanya tertuju pada putri kecilnya yang terlihat sangat bahagia pagi ini. Permintaannya terkabul. Nara telah menjadi bunda Kaila mulai hari ini. Bian juga melihat Hanna yang tersenyum namun ada setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya. Bian tahu, Mamanya pasti menangis haru karena bahagia.
Persetan dengan rasa cintanya pada Nara, hingga detik ini baru ada setitik. Namun, senyum bahagia dari Kaila lebih berharga di atas segalanya.
Petugas KUA pun memberikan dua buku nikah. Setelah semua urusan itu seleaai, Bian dan Nara pun berfoto-foto. Mulai berdua, bersama Kaila, keluarga besar Bian dan Nara, hingga semua teman-teman mereka. Acara akad nikah dilanjutkan dengan resepsi. Iya, memang tidak banyak rangkaian acara. Itu persetujuan dari Bian maupun Nara. Mereka lebih mementingkan waktu berharga bersama keluarga dan teman terdekat.
-
"Ayah, Bunda." Bulu kuduk Nara berdiri. Merinding sekali mendengar Kaila memanggilnya bunda untuk pertama kalinya.
Kaila pun berlari mendekati Bian dan Nara yang tengah duduk di kursi pelaminan. Dia memeluk Bian dan Nara secara bersamaan. Walaupun tangannya tak sampai karena terlalu kecil.
"Aduh, aduh, anak ayah. Kenapa, Sayang?" Bian mengangkat Kaila untuk duduk di pangkuannya.
Kaila menggeleng. "Ngga papa, Kaila seneng. Tante Nara udah jadi bunda Kaila sekarang." Kaila menatap lekat mata Nara. Nara pun tersenyum sumringah sambil mengelus pipi Kaila dengan sayang.
"Oh, iya, nanti Bunda tidur di rumah Kaila, kan?" Nara mengangguk.
"Iya, Sayang, nanti Bunda tidur di rumah Kaila. Barang-barang Bunda udah dibawa juga ke rumah Kaila." Jawab Nara setelahnya.
"Asik." Kaila benar-benar terlihat bahagia malam ini.
Nara memang menyanggupi untuk tinggal di rumah Bian. Walaupun sebenarnya sangat berat meninggalkan kamar lantai dua di Perumahan Permata Agatama yang sudah dia tempati hingga berumur 24 tahun itu. Namun, harus bagaimana lagi? Dia menurunkan egonya. Dia memilih untuk berbakti pada suaminya, Bian.
Acara selesai sebelum tepat pukul dua belas siang. Seluruh tamu sudah kembali ke rumah masing-masing. Seluruh keluarga sedang berada di kamar hotel yang Bian sewa untuk semuanya. Pun dengan Bian dan Nara yang saat ini berdua di kamar yang tertulis nomor dua puluh empat itu.
"Huh, selesai juga." Bian merebahkan tubuhnya di kasur yang sudah berhias kelopak mawar.
Tidak peduli akan merusak dekor, tapi Bian memang lelah. Tubuhnya perlu istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerta - [SELESAI]
Chick-Lit"Amerta. Amerta itu tidak dapat mati, abadi. Aku berharap cintaku dan cinta Mas Bian juga demikian. Walau umur kami sudah habis, namun perasaan kita berdua bisa selayaknya amerta, yang tidak dapat mati." -Nara Menikah dengan sedikit rasa cinta. Buka...