51 - Ada Apa?

2.3K 350 122
                                    

Hai, asik aku rajin update, wkwk.

Lucu banget bacain komentar kalian di part 50 kemarin, ada yang baca ulang part 49 karena lupa, bahkan ada yang baca dari part 1 saking lamanya nunggu update. Maaf beribu maaf dan terima kasih banyak, ya. Seneng banget ternyata Amerta masih ditungguin.

Part ini agak pendek karena ngga nyampe 2000 kata karena mau aku banyakin di part selanjutnya. Selamat membaca! ❤️💫

-

Pagi ini Nara terbangun dengan posisi tidur masih di dada bidang milik Bian. Dia juga heran mengapa tidurnya tidak lasak seperti biasa. Beberapa kali Nara mengerjapkan matanya untuk melihat jam, namun belum sempat melihatnya, Bian sudah terbangun terlebih dahulu.

"Salat subuh, yuk," ajak Bian dengan suara parau khas bangun tidur.

Nara yang sudah tersadar pun hanya mengangguk. Dia mencoba untuk duduk dibantu oleh Bian. Nara melihat jam dinding, sudah pukul setengah lima pagi rupanya. "Aku wudu dulu, ya," pamit Nara yang turun dari tempat tidurnya itu.

Bian pun menyandarkan tubuhnya di sandaran kasur sambil menunggu Nara selesai berwudu. Tiba-tiba Bian mendengar ketukan pintu tiga kali.

"Ayah, Bunda, ini La,"

Bian yang mendengar itu pun tersenyum. "Masuk, Sayang. Pintunya ngga dikunci," jawab Bian.

Dengan cepat Kaila pun membuka pintu dan masuk ke dalam kamar orang tuanya itu. Dia pun menyeringai, wajahnya tampak segar karena air, di tangan kanannya ada lipatan sajadah yang di dalamnya terdapat mukena. "Ayah udah salat?" tanya Kaila.

Bian menggeleng. "Belum, ini mau. Lagi nunggu Bunda wudu," jawab Bian.

"La ikut salat, ya," kata Kaila dengan wajah berbinar.

"Iya, Sayang, boleh. Semangat banget pagi ini," kata Bian. Tak lupa dia selalu mengusap kepala putrinya itu.

Kaila diam sejenak. "Kan, hari ini mau ke toko buku, La ngga sabar mau beli banyak buku," jawab Kaila dengan semangat yang direspon oleh Bian dengan tawa kecil.

Tak lama setelah itu, Bian, Nara, dan Kaila menunaikan salat subuh berjamaah. Segala doa dan harapan sudah dipanjatkan oleh keduanya. Untuk dirinya sendiri, orang tua, keluarga, dan semua orang tersayangnya, sudah diaamiinkan.

-
10.00

Saat ini Bian tengah mengendarai mobilnya menuju salah satu mal. Di dalam mal tersebut memang terdapat sebuah toko buku yang sudah sangat terkenal, Gramedia. Perjalanan memakan waktu sekitar empat puluh menit, namun jalanan kota tetap jalanan kota, yang akan macet di waktu tak terduga. Seperti sekarang, mobil Bian terjebak di tengah kemacetan dan mau tidak mau harus sedikit menunggu lebih lama untuk sampai di mal yang dituju.

"Masih lama, ya, Yah?" tanya Kaila sambil menengok ke kanan dan ke kiri padahal yang terlihat hanya mobil-mobil yang berhenti di sebelah mobilnya.

Nara terkekeh mendengar pertanyaan itu. "Ayah ngga tahu, mungkin sebentar lagi. Sabar, ya, Sayang, mal-nya udah deket. Itu udah kelihatan," kata Bian yang menunjuk gedung tinggi sejauh matanya memandang.

"Ngga sabar banget, ya?" tanya Nara yang menoleh ke belakang.

Kaila mengangguk. "Iya, Nda, La mau beli buku cerita yang dikasih tau Miss Sandra waktu itu," jawab Kaila.

Bian dan Nara serempak mengangguk. "Judulnya apa?" tanya Bian memastikan.

Bukannya menjawab, Kaila malah diam sejenak dan terlihat berpikir. Lalu menggeleng. "La lupa, ih. Nanti Ayah sama Bunda coba bantu cari, ya. Sampulnya warna hijau," jawab Kaila dengan polos.

Amerta - [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang