***
Suara erangan kesakitan terdengar dimana-mana. Aroma debu dari bangunan yang terbengkalai ini membuatnya terbatuk-batuk beberapa kali. Laki-laki disampingnya berusaha membawanya pergi dari tempat ini meskipun sulit dan seringkali kali mereka harus menghadapi orang-orang yang tengah baku hantam.
Kedua kelompok ini sedang bertarung hebat, banyak korban sudah berjatuhan akibat kelelahan ataupun terjatuh dari bangunan ini. Matanya menatap ngeri saat melihat mereka melancarkan berbagai pukulan kepada lawannya. Semakin ia dan laki-laki ini turun, aroma amis darah mulai mengganggu inderanya. Ia tidak suka terlibat dalam hal seperti ini. Namun, hal ini terjadi karena dirinya.
Baru saja mereka mencapai lantai terbawah, seorang laki-laki lain menatap nyalang pada mereka berdua. Giginya bergemeretuk, kedua tangannya pun terkepal erat.
"Mau kemana, cantik?" tanyanya sambil berjalan pelan. Laki-laki disampingnya mengambil langkah inisiatif dengan berdiri di depannya.
"Lo ada urusan sama Redline kan? Nggak usah bawa-bawa dia!" seru laki-laki ini kencang. Tapi laki-laki di seberangnya tertawa dengan amat menakutkan. Ia bergidik ngeri sambil tangannya memegang erat baju laki-laki di depannya.
Menyadari ketakutannya, laki-laki di seberang sana semakin senang. "DIA PUNYA GUE!" teriaknya kencang.
Sedetik kemudian, laki-laki di depannya merangsek maju dan menghajar laki-laki yang menjadi lawannya hingga dia terjatuh. Kemudian laki-laki yang melindunginya sedari tadi menatapnya lurus-lurus.
"LARI!"
***
Sf_Anastasia
KAMU SEDANG MEMBACA
- REDLINE - [END]
Teen Fiction"Plagiat tolong mundur!" Bagi Riana si mahasiswi yang terpaksa mengulang satu mata kuliah, hidup itu sederhana. Bisa makan makanan kesukaan, tidur dengan nyenyak, mendengarkan musik sepanjang hari dan berkeliling kota menaiki KRL sampai stasiun pe...