Song recommendation:
♬ BGYO - When I'm With You
***
Ryan masih duduk di atas motornya sambil sesekali menempelkan benda pipih itu ke telinga sampai mendesah pelan berkali-kali. Sejak kelasnya usai, Ryan segera berlari ke gedung C, berharap Riana sudah menunggunya seperti biasa. Tapi gadis itu menghilang entah kemana. Seluruh pesannya tidak terbaca, bahkan nomor teleponnya pun mati. Kemana gadis ini?
Rasanya ingin berlari menghampiri seseorang dan menanyakan keberadaan Riana. Namun niat itu terpaksa diurungkan karena kelas Riana hari ini adalah kelas yang gadis itu ambil karena mengulang mata kuliah yang sebelumnya dan sudah dapat dipastikan gadis itu hanya seorang diri tanpa teman-temannya seangkatannya.
Ryan menghela napas. "Kamu dimana sih, Ri?"
Benda pipih dalam genggamannya bergetar. Harapan yang menelpon adalah Riana pupus sudah. Dilayar hanya tertera nama lain.
"Ya, Bel?"
Abel, dia teman seangkatan yang biasanya bersama dengan Riana. Riana memang berteman dengan siapapun, tetapi yang paling dekat hanya dengan Abel.
"Yan, Riana balik sama lo kan?"
Walaupun Abel tidak ada di depannya, Ryan menggeleng. "Nggak. Dia ngilang. Dan gue nggak tau dia dimana. Lo sempet liat dia?"
"Nggak. Gue malah mau nyariin dia tadi pas jam istirahat soal tugas. Tapi dia nggak ada dimanapun, makanya gue pikir udah balik sama lo. Tapi--"
Ryan menelah salivanya cepat. "Kenapa? Lo nemu sesuatu yang aneh?" tanyanya. Terdengar irama sepatu flatshoes Abel menggema di dalam lorong yang ramai.
"Gue sempet nyariin Riana ke kelasnya, ada anak yang kenal ciri-ciri Riana. Ya lo tau kan ya nasib kalo ambil mata kuliah ngulang, bakal jadi kayak anak baru atau nggak anak ilang. Nah itu anak ngomong kalo itu Riana abis ribut sama salah satu senior angkatan lama pas di kelas."
Kedua alisnya mengernyit. "Hah?Riana ribut sama senior?"
"Iya. Kaget kan lo? Sama gue juga. Sampe ada adegan tarik-tarikan segala. Itu anak yang kasih tau gue lupa lagi nama seniornya siapa, cuman dia bilang ya cakep gitu. Di pikir senior yang cakep cuman satu apa di kampus ini."
Ryan jadi makin kebingungan. "Tarik-tarikan? Maksudnya?"
"Nggak ngerti juga gue, Yan. Lo dimana by the way? Biar gue kesitu sekalian gue mau nebeng. Siapa tau juga kan kita ketemu itu anak."
"Oke. Gue diparkiran gedung C," jawabnya sambil melirik ke arah gedung di belakangnya.
"Sip. Otw."
Setelah mematikan sambungan telepon, Ryan segera mengecek aplikasi line miliknya. Riana masih belum membaca rentetan pesan yang ia kirim sejak tadi. Kali ini ia berinisiatif untuk mencoba menelponnya.
"The number you have dialled is not accepting any calls at this moment. Please try again later"
Ryan mendesah, lagi-lagi mesin otomatis yang berbicara.
"Ri, nyalain ponsel dong."
***
Suara klakson KRL atau kereta rel listrik menggema di setiap sudut stasiun saat salah satu moda transportasi itu memasuki stasiun.
"Perhatikan jalur dua, jalur dua dari arah barat akan segera masuk commuter line tujuan akhir stasiun Bogor, lewat stasiun Manggarai, Tanjung Barat, dan mengakhiri perjalan di stasiun Bogor, sebagai KA 1098. Rangkaian terdiri dari 10 kereta. Kereta pertama dan terakhir dikhususkan untuk penumpang wanita."
KAMU SEDANG MEMBACA
- REDLINE - [END]
Teen Fiction"Plagiat tolong mundur!" Bagi Riana si mahasiswi yang terpaksa mengulang satu mata kuliah, hidup itu sederhana. Bisa makan makanan kesukaan, tidur dengan nyenyak, mendengarkan musik sepanjang hari dan berkeliling kota menaiki KRL sampai stasiun pe...