#9 - Is it, me?

200 16 39
                                    

Song recommendation :

♬Stray Kids - 좋아해서 미안(Sorry, I Love You)

***

"Ini dimana, Rim?"

Mata gadis di sampingnya mengedar memperhatikan keseluruhan tempat ini saat Rimu baru saja menepikan mobilnya di tepi pantai, tepat di ujung Red District. Beberapa rumah-rumah nelayan terlihat menyala di sisi lain dan dermaga yang cukup sibuk dengan hiruk pikuk para pekerja yang hendak melaut.

"Disini ada tempat kayak gini?" tanya Riana lagi yang tak lepas memandang keluar jendela. "Woah, nggak nyangka."

Matanya tak lepas memandang gadis disampingnya. Dia terlihat lebih tenang dan tidak kelihatan akan memukul atau menamparnya lagi, seperti di club tadi. "Kenapa? Aneh ada kegiatan melaut disini?"

Riana menoleh padanya. "Iya, bukannya salah satu perbatasan Red District sama Jakarta Utara itu laut yang disana? Yang deket perkampungan nelayan," Tangan Riana menunjuk entah kemana.

Rimu menghela napas dengan sudut bibir sedikit naik. "Ini sisinya yang lain."

Gadis ini mengangguk. "Mereka aman disini?"

Kedua alisnya tiba-tiba saja saling bertautan. "Aman dari apa?"

Dia diam sejenak. Terlihat sedang memilih kata yang tepat sebelum di ucapkan. "Anu... itu. Maksudnya mereka nggak dapet perlakuan buruk tinggal disini?"

"Kenapa lo ngomong gitu?" tanyanya aneh.

"Bukankah nggak ada hukum disini? I mean, setiap orang yang mau bertindak buruk nggak bakalan dapet hukuman kan," ucapnya yakin.

Giliran Rimu yang terdiam sebentar. Ucapan Riana tidak sepenuhnya salah, dan malah tepat. Di Red District, tidak ada yang namanya hukum konstitusional seperti di luar. Kejahatan apapun bebas di lakukan disini. Hanya satu yang tidak bisa Rimu maafkan, yaitu pengkhianatan terhadap Redline. Oh, apakah gadis ini juga tahu tentang Redline?

"Lo tau banyak ya soal Red District."

Tanpa sadar senyum kecil Riana mengembang. "Tempat ini tuh menarik buat di jelajahi."

Alisnya berkerut samar. "Apanya yang menarik dari tempat ini? Lo bisa liat sendiri keadaan disini itu buruk banget."

"Semuanya. Bagi kebanyakan orang tempat ini tuh kayak nyeremin gitu. Hampir setiap hari ada berita pembunuhan, pernah ada ribut dengan warga luar--"

"Tapi rasa penasaran lo itu hampir bikin lo mati waktu itu!" potong Rimu kesal. Bisa-bisanya gadis ini melupakan hari dimana dia hampir terbunuh dan keesokan harinya akan muncul di berita.

"Yaudah sih. Gue udah berterima kasih sama lo. Masih aja diingetin," ucap sebal Riana yang memajukan bibirnya.

"Dan lo masih berani jawab kayak gitu setelah hampir mati?" tanyanya tak percaya.

Riana mendesah pelan. "Please, gue capek berantem sama lo hari ini. Bisa nggak biasa aja? Lo permainin emosi gue banget, asli!"

Rimu mengepalkan kedua tangannya erat- erat yang masih berada di kemudi. Perasaan kesalnya mulai berkecamuk. Namun dengan kesadaran penuh mulai ia tahan karena teringat ucapan Alex.

"Lo tuh harus banget ngontrol emosi lo, tau nggak."

Sebelah tangannya mengusap wajahnya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi kemudi dengan kedua mata terpejam. Rimu berusaha keras untuk tidak marah-marah lagi.

- REDLINE - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang