#13 Redline VS White Wolfgang

120 7 0
                                    

Song recommendation:

♬ Stray Kids - Wolfgang

***

Persiapan untuk nanti malam memang sudah hampir sempurna. Para anggota sudah siap akan kedatangan anggota White Wolfgang. Anggota yang berjaga di garis depan, belakang, bahkan sudut-sudut tersembunyi di Red District sudah siap. Alex mengangguk patuh saat Bobby mengatakan mengenai persiapan itu, bahkan untuk ruangan anggota inti kedua kelompok besar ini sudah dalam keadaan rapi. 

Namun hal ini belum sempurna tanpa kehadiran ketua mereka, Rimu Reon. Alex bergantian memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya dan benda pipih dalam genggamannya. Sejak Rimu mengejar gadis itu, sampai sekarang laki-laki itu belum kembali. Untuk sekedar menjawab panggilannya saja seakan enggan. Awas saja sampai tidak hadir hanya karena gadis itu.

"Alex, menurut lo kita perlu tambah anggota yang jaga di luar markas?" tanya Bobby sambil mengecek ponselnya karena deretan pesan masuk dari anggota lainnya masuk tiada henti.

Kepala Alex beralih pada Bobby. "Boleh, semakin banyak semakin baik. Tapi jangan berkerumun ya. Agak berjarak."

Bobby mengangguk patuh. "Oke, gue kabarin dulu di grup." Lalu Bobby teringat akan sesuatu. "Lexa gimana? Dia masih ngambek begitu sejak pulang dari kampus," bisiknya dengan sebelah tangan yang mengarah pada Lexa yang duduk di salah satu kursi sambil menarik-narik tissue toilet.

"Biarin aja, lo tau kan dia cuman butuh Rimu aja," bisik Alex juga. Lexa bisa marah-marah apabila mendengar percakapan mengenai dirinya.

"Terus sekarang Rimu mana? Kok belom balik?" tanya Bobby.

Belum sempat Alex menjawab pertanyaan Bobby, seseorang baru saja masuk ke dalam markas. Dari ketukan langkah kakinya, siapapun sudah bisa menebak siapa dia. Alex dan Bobby berpandangan, sedangkan Lexa melempar tissue dalam genggamannya dan bangkit, menatap ke arah pintu dengan penuh harap.

"Rimu!"

Tepat saat pintu ruangan ini terbuka, baik Alex, Bobby dan Lexa sama-sama tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Bagaimana tidak? Suara ketukan itu benar milik Rimu, yang kini sudah berdiri di hadapan mereka semua. Sorot mata elangnya dingin dan tajam di saat bersamaan, namun hal itu bukanlah menjadi fokus utama. Melainkan sosok seorang gadis yang jelas Alex serta Lexa kenali, ada dalam dekapan ketua mereka. Gadis itu kelihatan tidak sadarkan diri karena kepalanya bersandar pada dada bidang Rimu.

"Anjir, itu siapa, Rim?" tanya Bobby tanpa pikir panjang. Berbeda dengan Lexa yang wajahnya berubah kesal.

Dengan kesadaran penuh, Lexa berjalan ke arah Rimu tanpa bisa Alex maupun Bobby cegah. Gadis ini memandang Rimu tajam dan menuntun penjelasan. Degup jantung Alex dan Bobby mulai tak beraturan. Mereka tentu tidak ingin melihat ada adegan di mana banyak darah berceceran di lantai maupun di seluruh ruangan ini. Tepat di hadapan Rimu, Lexa berhenti.

Di pandanginya laki-laki di depan Lexa dari bawah hingga ke atas. "Ngapain lo bawa dia kesini?" tanya Lexa kencang, sebenarnya setengah berteriak. Tangannya terkepal karena melihat gadis sialan ini ada disini, dan yang lebih menyebalkan ada dalam dekapan Rimu. "Jawab!"

Tak ada jawaban yang keluar dari bibir Rimu satu kata pun. Rimu hanya memandang tajam Lexa sekarang. Melihat Rimu yang bersikap seperti itu, Alex bergegas menghampiri keduanya. Sebelah tangan Alex merangkul Lexa, dan memegang pundaknya agar gadis ini tidak melakukan hal yang membuat Rimu berubah menjadi monster dalam sekejap. 

"Xa, tahan ya." Lalu Alex beralih pada Rimu yang masih menatap tajam Lexa. "Rim, kenapa lo bawa dia kesini? Apa nggak bahaya?" tanya Alex penuh selidik. 

- REDLINE - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang