Song recommendation:
♬ Sally Miura feat Cliff Edge - Aishiteru
***
Setiap manusia pasti pernah merasakan titik terendah dalam hidupnya. Sebagian mencoba untuk bertahan meskipun hanya untuk mendongak ke langit rasanya sulit, dan sebagian lainnya mencoba untuk mengakhiri hidupnya agar tak lagi merasakan rasa sakit yang terus menerus mendera. Bagi Rimu, keduanya pernah di lalui. Rimu telah melalui titik tersulit dalam hidupnya untuk bertahan dari keras dan kejamnya dunia. Tak pernah mendapatkan kasih sayang sejak kecil, Rimu setiap harinya hanya mendapatkan kekerasan. Rimu bukanlah anak seorang yang hidup dalam keluarga yang harmonis. Sama sekali tak mengetahui siapa Ayahnya, Rimu hanya mengenal sosok Ibu yang kejam. Tak segan untuk membunuhnya jika ingin, tak segan untuk menghukumnya apabila menangis. Rimu kecil adalah sosok yang harus merasakan kejamnya dunia yang seakan di limpahkan hanya untuknya seorang.
Rimu mengarahkan pajeronya ke arah lain, dengan sebelumnya sudah mengabari pada Alex untuk menarik pengawalan darinya, karena Rimu meminta waktu beberapa saat untuk berbicara empat mata hanya dengan Riana. Kini mereka tiba di pantai, tempat yang sama saat Rimu menyelamatkan Riana di club dan membawanya ke sini. Kali ini mereka memilih untuk tidak turun, dan menikmati ombak yang bergulung menuju bibir pantai dari dalam mobil saja.
Sejak pertanyaan yang di lontarkannya tadi, Riana masih tetap diam dan tak memberikan ekspresi ataupun jawaban apapun. Rimu sebenarnya sudah bisa menebak jika gadis ini pasti terkejut. Namun Rimu tidak bisa memastikan apakah Riana sudah mengetahui tentangnya ataupun Redline. Karena Riana belum memberikan satu patah kalimatpun padanya.
Bibir Rimu terasa bergetar sesaat, kebingungan cukup melandanya untuk mengucapkan kalimat demi kalimat yang akan panjang di dengar dari sekarang. Dari manakah Rimu harus memulai?
"Sejak dulu, kota ini memang berbahaya. Nggak pernah ada kebahagiaan di sini, apalagi bisa ngelihat orang-orangnya tertawa lepas kayak di dufan kemarin."
Riana menoleh pada Rimu di sampingnya. Manik elang itu menatap jauh ke depan sana tanpa sedikitpun untuk melihat Riana sedetik saja sekarang. Rimu terlalu takut untuk melihat bagaimana ekspresi Riana.
"Gue terbiasa melihat kekerasan apapun sejak kecil, bahkan gue juga adalah salah satunya yang menerima perlakuan buruk itu, dari orang yang gue tau bahwa di adalah Ibu. Hampir setiap hari, wanita itu pulang dan mukulin gue. Gimana ya rasanya?" Rimu terdiam sebentar, suaranya bergetar dan tidak setegas biasanya. "Sakit, tentu saja. Tubuh gue kayak mati rasa. Amis darah, lebam, udah biasa gue lihat di badan sendiri. Mungkin, lo liat waktu itu gue di siksa sama dia dan gue nggak bisa ngelawan? Itu kelemahan gue. Nggak tau, kenapa gue nggak bisa ngelawan dia sampe sekarang. Padahal, seharusnya gue bisa kan ngebales perlakuan dia?"
Sebelah tangan Riana terulur menggenggam tangannya yang mulai dingin. Kehangatan dari telapak tangan Riana mulai menjalari dirinya. "Rim," ucapnya lirih.
Manik elangnya menatap tangan Riana, tanpa membalasnya dan kembali melihat ke laut lepas. "Gue menyedihkan ya? Nggak seperti yang biasa lo lihat. Cowok nyebelin yang gangguin lo."
Riana menggeleng. "Nggak kok," jawabnya lirih sampai tanpa sadar setetes air matanya jatuh. "Gue nggak tau lo pernah ngalamin hal seberat itu."
Rasanya ingin tersenyum simpul pun sulit bagi Rimu. "Nggak apa. Lo orang pertama yang denger ini. Gue bukan mau nunjukkin sisi kelam gue. Gue cuman mau lo tau tentang gue, dari gue."
"Kenapa lo berpikir gitu?" tanya Riana.
Rimu menggigit bibir bawahnya. "Karena lambat laun lo bakal tau siapa gue." Kepalanya menoleh pada Riana sekarang. "Dan gue cuman nggak mau lo denger dari orang lain dan bukan dari diri gue sendiri yang ngomong langsung." Rimu diam sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya. "Gue bukan orang baik, Ri. Semua berita yang pernah lo denger tentang kota ini, sebagian besar di sebabkan oleh gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
- REDLINE - [END]
Fiksi Remaja"Plagiat tolong mundur!" Bagi Riana si mahasiswi yang terpaksa mengulang satu mata kuliah, hidup itu sederhana. Bisa makan makanan kesukaan, tidur dengan nyenyak, mendengarkan musik sepanjang hari dan berkeliling kota menaiki KRL sampai stasiun pe...