#17 - Des Rosenkavalier

116 7 0
                                    

Song recommendation:

♬ Rio - Dimly

***

"Lo udah ketemu? Di mana? Oke, gue kesana."

Sebastian menutup panggilan di ponselnya dengan satu sapuan, lalu memasukkan kembali ponsel itu ke saku celananya. Lucas sedari tadi duduk di sebelahnya jadi menoleh. Mereka ada di dalam mobil Sebastian yang terparkir di salah satu pusat perbelanjaan. Saat ini, mereka berdua tengah membuntuti salah satu petinggi Redline yang berbadan besar, Bobby.

"Ketemu?" tanyanya pada Sebastian yang tersenyum sinis.

Kepela Sebastian mengangguk. "Beberapa hari lalu, gue masukkin mata-mata ke Red District. Dan menemukan satu fakta unik. Ketua mereka, punya sesuatu yang dia jaga di luar sepertinya."

Dahinya berkerut samar. "Apa itu bang? Barang?"

"Kita kesana sekarang, buat memastikannya." Sebastian menyalakan mesin mobilnya, lalu mulai memundurkan kendaraannya. "Kabarin anggota kita buat ngikutin Bobby."

Lucas mengangguk. "Oke bang." Tangannya mengetik pesan di satu grup khusus untuk memberitahukan informasi dari Sebastian pada anggota lainnya.

Kini mereka telah melenggang di jalan utama ruas kota Jakarta. Lucas tidak tahu kemana akan mengarah, dan hanya Sebastian seorang yang tahu. Sejak Nezha marah besar karena sudah mengetahui Redline dan White Wolfgang membentuk aliansi, hal itu membuat Bloods memiliki kesulitan untuk membalas dendam pada Redline.

Lucas sangat membenci Redline, sejak Lucas mengetahui bahwa ketua mereka di bunuh oleh Redline, yang tidak lain adalah kakak kandung Lucas, Daniel. Saat itu, Daniel memasuki Red District untuk mengunjungi salah satu club terbesar yang ada di sana untuk memenuhi panggilan seseorang. Namun, hal buruk itu terjadi. Keesokan paginya, Daniel sudah di temukan tidak bernyawa di hilir Red District. Tentu saja itu menjadi kabar buruk bagi Bloods, yang menyebabkan penyerangan ke Redline terjadi, meskipun Bloods harus menerima banyak kekalahan akibat banyaknya anggota Redline yang baru saja bergabung, mereka juga memiliki sesuatu yang membuat mereka terlihat lebih kuat. Namun sampai detik ini, Lucas tidak mengetahui apa itu. Lucas berpikir, sesuatu yang di sebutkan oleh Sebastian adalah hal yang sama dengan yang ia pikirkan.

Mereka tiba di sebuah area perguruan tinggi negeri di Jakarta. Lucas mengerjap beberapa kali karena merasa janggal.

"Bang, ini beneran kesini?"

Sebastian menoleh sejenak sebelum kembali pada kemudinya. "Iya, kenapa?"

Lucas menatap aneh sekelilingnya sekarang. Banyak mahasiswa dan mahasiswi berlalu lalang, baik menggunakan kendaraan pribadi, bus kampus, maupun berjalan kaki. Suasana di sini sangatlah rindang dengan begitu banyak pepohonan yang memenuhi sisi kanan dan kiri jalan.

"Kita cari apaan di sini bang? Bukannya kita mau cari yang Rimu sembunyikan di suatu tempat?"

"Benar. Dan itu ada di sini."

Degup jantungnya berhenti sebentar, Lucas tidak terlalu mengerti apa yang di maksudkan oleh Sebastian, karena dia tidak merinci apakah sesuatu itu barang atau orang sampai akhirnya mobil Sebastian berhenti di salah satu gedung bertuliskan C. Lucas menatap Sebastian.

"Kita tunggu aja, sebentar lagi keluar kok," ucap Sebastian sembari memantik rokoknya. "Dia sama Rimu."

Lucas mengangguk saja, meskipun sama sekali belum mengerti yang di maksudkan. Maniknya menatap keluar jendela, menatap parkiran gedung C itu yang mulai ramai oleh mahasiswa dan mahasiswi yang telah selesai mengikuti perkuliahan. Lucas sempat melihat sosok tangan kanan Rimu yaitu Alex bersama dengan Lexa, seorang gadis yang mahir menggunakan senjata di Redline. Keduanya berjalan beriringan, namun Lexa terlihat gusar dan marah bahkan sampai membanting pintu mobil dengan cukup kencang.

- REDLINE - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang