Song recommendation:
♬ BTS - Fake Love (Rocking Vibe Mix)
***
Saat kebenaran tersingkap, tubuhnya seakan mati rasa. Kehidupan sederhananya akan segera berakhir. Batinnya berontak, mengadu pada sang Pencipta karena membiarkan dirinya terjebak dalam labirin tanpa jalan keluar. Perlahan tubuhnya akan lelah, dan satu permintaan meluncur dari bibirnya. Kapankah tubuhnya akan mati?
***
Berita mengenai bergabungnya Redline dengan White Wolfgang sudah terdengar oleh seluruh kelompok kecil maupun besar di seantero negeri, dan tentunya juga sudah sampai ke telinga Nezha, sebagai ketua dari Bloods. Sebelah tangannya yang masih memegang gelas minuman terpaksa di bantingnya ke lantai hingga pecah berkeping-keping saat berita ini sampai padanya. Anggota inti Bloods yang ada di ruangan ini terkejut, tidak mengira kemarahan Nezha langsung muncul seketika.
"Gue nggak nyangka hari ini dateng juga," kata Nezha sinis. Wajahnya berkedut, menahan amarah yang hampir tak terkendali. Maniknya melirik si pembawa berita yang berdiri di sebelahnya. "Awasin terus gerak-gerik Redline. Cari tau isi pembicaraan mereka!"
Si pembawa berita mengangguk. "Baik, Bos!" yang kemudian dia langsung keluar ruangan tanpa berbalik lagi.
Lucas yang sejak tadi ikut ada di ruangan ini, menghampiri Nezha. Sedangkan yang lainnya memilih untuk diam terlebih dahulu.
"Bang," panggil Lucas.
Kepala Nezha menoleh pada Lucas. "Ini nggak bisa di biarin. Gimana cara kita hancurin Redline sekarang?"" tanyanya yang melempar pertanyaan pada setiap orang yang ada di ruangan ini.
Napas Nezha tak teratur karena emosinya yang memuncak. Rencana balas dendam mereka bisa kacau balau karena aliansi ini. Jika seujung kuku saja Bloods mencoba mencari masalah dengan Redline, White Wolfgang tidak akan mungkin tinggal diam.
"Biar gue yang cari titik lemahnya mereka!" seru salah seorang di antara mereka, menyebabkan seluruh pasang mata menatap padanya. Dia anggota tertua di Bloods setelah Nezha, Sebastian.
Nezha tajam menatapnya. "Maksudnya?"
Sebastian berdiri, berjalan ke arah jendela besar yang ada di ruangan ini dan menatap keluar. "Salah satu dari anggota inti mereka, pasti punya sesuatu yang mereka lindungi. Entah aset atau barang, atau mungkin seseorang." Sebastian berbalik sekarang. "Gue yang akan cari tau soal itu. Setelah gue dapet, gue pancing titik lemah mereka buat ngancem Redline. Tentu White Wolfgang nggak bisa seenaknya ikut campur."
Senyum sinis Nezha terbit setelah mendengar ide dari Sebastian. "Menarik. Gue serahin itu sama lo. Butuh anggota?"
Kepala Sebastian menggeleng, lalu kakinya berjalan ke arah Lucas dan menepuk pundaknya, menyebabkan tubuh Lucas tersentak. "Lucas akan ikut gue. Cukup dia aja."
Lucas menengadah pada Sebastian, "Gue bang?" sambil menunjuk pada dirinya sendiri dan Sebastian pun mengangguk.
"Lo pemberani. Cuman lo satu-satunya yang berani sampai masuk ke club terbesar di Red District. Gue percaya sama lo."
Jujur saja, Lucas terperangah dan senang di saat yang bersamaan. Mendapatkan pujian seperti itu seakan menerbangkannya tinggi sekali. Nezha dan anggota lainnya juga kelihatan setuju dengan gagasan dari Sebastian.
"Oke. Gue serahin tugas ini sama lo berdua. Sisanya, biar gue dan anggota lain yang urus," kata Nezha senang. "Kali ini, kita harus berhasil."
"Easy, Nezha!" timpal Sebastian yakin. "Redline pasti hancur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
- REDLINE - [END]
Ficção Adolescente"Plagiat tolong mundur!" Bagi Riana si mahasiswi yang terpaksa mengulang satu mata kuliah, hidup itu sederhana. Bisa makan makanan kesukaan, tidur dengan nyenyak, mendengarkan musik sepanjang hari dan berkeliling kota menaiki KRL sampai stasiun pe...