Masih ada yang mau baca nggak?
Seperti biasanya, Arka bekerja dirumah sakit. Hari ini wajahnya segar. Senyumnya lebar.
Mengingat kejadian tadi malam membuat hatinya berdebar. Sekarang, Ale telah menjadi wanitanya.
Karena tidak fokus berjalan, Arka menabrak seseorang.
"astaghfirullah, maaf maaf" ucap Arka ketika melihat seorang gadis yang ia tabrak.
Setelah mengangguk, gadia itu berdiri. Ingin memarahi Arka.
"kalo jal... " perkataannya terhenti. Wajah Arka begitu tampan.
Badannya tegap, jakunnya menonjol. Auranya begitu indah. Nyaman. Satu kata yang mewakili si gadis ketika berdekatan dengan Arka.
Arka melambaikan tangan didepan gadis tersebut, "maaf, ada yang sakit nggak?"
Gadis itu tersadar, "o-oh enggak dokter"
Karena Arka memakai jasnya gadis itu jadi tau, bahwa pria tampan dihadapannya ini bekerja disini.
"yasudah, saya pergi dulu" sambil tersenyum. Arka pergi meninggalkan gadis tersebut.
Dia, sigadis yang ia tabrak bergumam sesuatu setelah sekilas melihat name tagnya.
"Arkano".
***
"woy" Disya berteriak tepat ditelinga Ale."hah. Ih Disyaaa, aku kaget tau" gerutu Ale sambil mengerucutkan bibirnya.
Disya memutar bola matanya malas, "kenapa lo ngelamun? Mana sambil senyum senyum gitu, kesambet lo? "
Ale melototkan matanya. Enak saja kesambet. Barusan dia sedang mengulang memori indahnya tadi malam.
Ale jadi ingat, "Disya. Ale minta novel"
"dih.. Emang ciumannya udah dapet apa? " sambil setengah berbisik, Disya bertanya.
Karena free class, akhirnya mereka berdua berada di kedai kopi.
Ale mengangguk antusias. Sambil tersenyum malu, ia mengingat ciuman pertamanya dengan Arka.
Disya melongo, "lo serius? "
"iya Disya. Kalau nggak percaya, tanya aja sama abang. Pokoknya sekarang Ale sudah dewasa" ujarnya sambil mengibaskan rambut kebelakang.
Disya tertawa mengejek, "Ale-Ale dengerin ya, dewasa itu bukan berarti lo harus ciuman dulu. Dewasa itu ya... "
Disya bingung, harus seperti apa ia menjelaskan definisi dewasa kepada sahabatnya.
"tuh kan, kamu aja nggak tau. Pokoknya kamu harus beliin Ale novel" ucap Ale menagih.
Disya bergumam mengiyakan ucapan Ale. Kemudian otak liciknya bekerja, dan..
"emang kapan ciumannya? Setelah itu, bang Arka khilaf nggak?"
Dengan malu malu Ale akan menceritakan semuanya,
"jadi.. "
Drtt.. Drrt..
Disya menghembuskan nafas kasar. Baru saja ia akan membodohi sahabatnya, ada saja gangguannya.
Ketika melihat siapa yang menelfon, wajah Ale begitu ceria. Bisa Disya tebak, itu pasti bang Arka.
"assalamualaikum, Le. Kamu dimana? "
"waalaikumsalam. Ale di kedai kopi sama Disya, abang"
Setelah menunggu 10 menit lamanya, akhirnya Ale selesai telfonan.
"jadi gimana, Le? Lanjutin dong ceritanya" ucap Disya antusias.
"aduh maaf ya Disya. Abang udah nungguin dirumah. Lain kali aja ya" balas Ale.
Disya menatap datar punggung Ale yang semakin menjauh dari hadapannya. Oke, lain kali ia pasti dapat ceritanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Hubby
Teen FictionAlesha Wulandari. Ale itu manja, Ale itu cantik, Ale itu... otaknya agak gesrek, Ale itu.. sedikit polos, maybe. Tepat dihari ulang tahunnya ketika Ale berusia 20 tahun, bukan pelukan atau do'a yang biasanya ia dapat. Melainkan kabar buruk. Ayahny...