Begitu Arka sampai di depan pintu, Tara terkejut. Bukankah asistennya sudah ia suruh untuk mengirimkan pesan agar Arka datang pagi hari?, tapi kenapa datang sekarang?.Tapi tak apa. Lebih cepat lebih baik. Dengan cepat Tara berlari ke belakang Ale. Menodongkan pisau besar miliknya tepat di depan perut Ale.
Entah sejak kapan Tara mengganti pisau kecilnya dengan ukuran yang lebih besar. Yang terpenting saat ini Ale benar benar takut.
"jangan mendekat" cegah Tara ketika ia melihat Arka dan dua orang lelaki lainnya semakin masuk kedalam rumah.
Jantung Arka berdetak lebih cepat. Begitupun Wira dan Ali.
"maksud kamu apa, Dhita? Kenapa kamu culik istri saya?" sekarang hanya itu yang Arka pikirkan. Ingin tahu apa dibalik semua ini.
"AKU SUKA SAMA KAMU, ARKA" suara Tara menggema, memenuhi segala penjuru ruangan.
Gila! Arka mengira Dhita sudah gila. Bagaimana bisa Dhita menyukai seorang pria yang sudah beristri? Bahkan mereka pun jarang berkomunikasi.
"Arka. Kamu harus jadi milikku. Atau jika tidak.. " Tara semakin mendekatkan pisaunya keperut Ale. Membuat istri Arka semakin menangis.
"JANGAN MACAM MACAM DENGAN MENANTU SAYA" bentak Wira.
Tara tertawa, "tidak akan, Jika Arka mau menikahi saya dan menjadi milik saya selamanya"
Ale meringis kesakitan, dengan sekuat tenaga ia berucap lirih,
"pe-perut Ale s-sakit"
Demi apapun. Saat ini Ale benar benar ingin mengusap perutnya yang terasa melilit.
Semua orang menatap Ale. Arka bingung, jika ia maju ia kehilangan istri dan anaknya. Dan jika ia menuruti permintaan Dhita, ia juga kehilangan istri dan anaknya.
"saya mohon Dhita, lepasin Ale" ucap Arka dengan suara bergetar.
" akan ku lepaskan. Asalkan kamu memenuhi permintaanku"
Tidak ada pilihan lain. Arka harus menyelamatkan Ale terlebih dahulu. Soal Dhita, bisa ia pikirkan nanti.
Arka mengangguk cepat.
"Ar, lo jangan ngawur" sentak Ali.
Arka menggeleng. Ia berjalan perlahan menuju istrinya.
"Arka, aku atau istrimu" tanya Tara memastikan.
Ketika semakin dekat, Arka berkata,
"tentu saja istriku"
Tara emosi. Ia merasa dipermainkan. Dengan gerakan yang pasti, Tara mengambil ancang ancang. Tangannya terangkat, kemudian menurunkannya kembali. Mengarahkannya tepat di perut Ale. Dan,
Jleb.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Hubby
Подростковая литератураAlesha Wulandari. Ale itu manja, Ale itu cantik, Ale itu... otaknya agak gesrek, Ale itu.. sedikit polos, maybe. Tepat dihari ulang tahunnya ketika Ale berusia 20 tahun, bukan pelukan atau do'a yang biasanya ia dapat. Melainkan kabar buruk. Ayahny...