Makasih untuk yang udah vote sama komen.
1 bulan kemudian.
Beberapa hari yang lalu, Ale dan Arka sudah menjadi pasutri yang sah dimata agama dan negara.
Mulai hari ini, Ale akan menjalani aktifitas seperti biasanya. Begitu juga Arka. Meskipun tanpa Fathur, kehadiran Arka dihidupnya sudah cukup untuk disyukuri.
"abangg" teriak Ale dari kamar. Sekarang mereka berdua sudah tinggal di rumah yang telah di beli Arka.
Dengan langkah yang cepat, Arka datang, "ada ap.."
Arka terkejut, masih pagi sudah disuguhkan pemandangan yang begitu Arka hindari.
Ale hanya memakai handuk se-paha yang melilit tubuhnya. Bukan bermaksud menggoda, Ale hanya takut karena didalam kamar mandi ada seekor kecoa.
"Ale takut, abang" ucap Ale dengan menenggelamkan wajahnya di dada bidang Arka.
Entah sejak kapan Ale memeluknya. Yang pasti saat ini Arka sangat gugup.
"abang ih, kok malah diem sih" Ale mencubit perut Arka, membuat Arka meringis kesakitan karenanya.
"i-iya, sekarang kamu, keluar dulu. Biar abang usir kecoanya" ucapnya dengan mata yang tidak ingin melihat Ale.
Ale menangkup wajah Arka dan membuat Arka melihat wajah Ale yang auranya sangat ingin Arka kurung.
astaghfirullah... Batin Arka, seketika ia memejamkan mata. Membiarkan Ale bertingkah semaunya.
Demi apapun, saat ini jantung Arka benar benar berdetak dengan kencang. Dia itu juga seorang pria normal.
"abang kenapa? Abang juga takut sama kecoa? Kok muka abang merah" ucap Ale kelewat jujur.
Arka mengepalkan tangannya kuat kuat. Ia harus bisa tahan. Ini belum waktunya.
"Ale.. Sekarang keluar dulu ya. Kamu mandi dibawah. Nanti kamu telat loh, ke kampusnya" bujuk Arka.
Arka menghembuskan nafasnya kasar ketika Ale sudah keluar dan menuruti ucapannya. Ia menggelengkan kepalanya agar kembali sadar.
***
"makasih ya, abang. Ale masuk dulu" pamit Ale ketika sudah sampai dikampus dan diantar oleh suaminya.
Arka mengangguk. Setelah itu, Ale mencium punggung tangan Arka dan segera masuk ke kampus.
"Aleeee... ." teriak Disya dari arah depan.
Ale tersenyum sumringah. Ia begitu merindukan sahabatnya. Begitu Disya sampai didepan Ale, mereka langsung berpelukan.
"kamu tega banget sih, kenapa nggak pernah hubungin aku dan juga main kerumah? " tanya Ale sebal.
Disya menggaruk kepalanya "ya.. Lagian, gue malu sama suami lo, Le. Selain itu, lo juga udah pindah rumah kan? "
Ale menepuk dahinya, dia lupa fakta yang satu ini.
Sambil berjalan menuju kelas, Disya bertanya sesuatu "btw, lo sama bang Arka kan udah nikah resmi. Udah dibuka belum, segelnya sama bang Arka?"
Dengan wajah tengilnya, Disya menaik turunkan alisnya menggoda.
"segel apa Disya? " tanya Ale bingung.
Disya berdecak, mendekat kearah telinga Ale dan berbisik "itu loh, malam pertama"
Ale diam sebentar, mencoba memahami perkataan Disya dan,
"ohhh, yang berhubungan suami istri itu ya Disya? " tanya Ale. Disya menepuk pelan mulut Ale. Untung saja tidak ada orang.
Disya menganggukan kepalanya antusias.
"kalo itu sih belum, soalnya abang enggak pernah bahas itu" ucap Ale jujur.
Wajah Disya berubah cengo, "kalo ciuman udah pernah belum? "
Ale mengentikan langkahnya, ia menggeleng pelan dan menunduk.
Setelah satu tahun yang lalu, ketika Ale dan Disya melihat drakor. Ale melihat adegan ciuman di film tersebut. Dan setelah itu, Ale ingin merasakannya.
Disya tertawa, seketika ide jahilnya muncul.
"Ale-Ale, dengerin gue. Nanti malam lo harus bisa ciuman sama suami lo. Nanti kalau udah, lo bilang ke gue. Gue janji akan ngasih novel yang lo suka" Disya menyeringai ketika Ale menganggukan kepalanya antusias.
Demi novel yang Ale suka. Pokoknya ia harus dapat ciuman dari suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Hubby
Подростковая литератураAlesha Wulandari. Ale itu manja, Ale itu cantik, Ale itu... otaknya agak gesrek, Ale itu.. sedikit polos, maybe. Tepat dihari ulang tahunnya ketika Ale berusia 20 tahun, bukan pelukan atau do'a yang biasanya ia dapat. Melainkan kabar buruk. Ayahny...