Genggam mu

3.3K 707 85
                                    

Keempat anggota baru UKM Mapala itu diturunkan di kampus, tempat dimana mereka start dan akhirnya finish setelah segala perjuangan. 

Beberapa pasang mata memandang betapa mengenaskannya mereka semua, sungguh kentara Jeno, Haikal, Shakila dan Winda tidak pernah mandi dengan benar beberapa hari ini, wajah yang kusam terbakar matahari, rambut lepek, beberapa jerawat di wajah, ditambah cara jalan mereka yang sudah linglung.

"Haikal sih ada motor, tinggal diambil ke gedung arsi soalnya dipake Rendy temen satu kontrakan. Winda sama elo gimana?"

"Winda udah balik duluan, kosannya deket. Kalau gue gak tau. Mau naik taksi, tapi gue baru inget gak bawa dompet. Nelepon Shafik tapi takut dia kuliah."

"Boncengan bertiga aja kita, udah!" Haikal datang dengan motor maticnya. 

Jeno melirik Shakila meminta persetujuan tapi gadis itu hanya mengangkat bahunya tidak peduli.

"Lo jalan ke depan bisa gak Kil? Nanti kita angkut depan gerbang kampus."

"Oke." Shakila setuju.

Di depan Shakila masih sempat bertemu Winda yang benar-benar akan berjalan kaki untuk pulang, padahal dari semua peserta kaki Winda yang paling memprihatinkan kondisinya. 

Haikal sempat mengusulkan agar Winda naik taksi saja tapi ya namanya juga keras kepala, gadis yang sejurusan dengan Shakila itu kukuh mau jalan kaki.

"Gue balik duluan ye Win," Ujar Shakila yang sudah naik di atas motor bersama Jeno, berboncengan tiga dengan Haikal.

"Oi Gue di tengah dong." Canda Shakila.

"TOBAT KIL, TOBAT!" Haikal bergeleng-geleng.

"Elo pulang sama siapa Win?" Andai bisa motor matic itu mengangkut empat orang tentulah Jeno dan Haikal juga akan mengajak Winda ikut serta pulang bersama, namun boncengan tiga saja motornya menyerah bagaimana boncengan empat?

"Gue jalan kaki aja Jen, deket kok."

"Kaki udah bonyok gitu mau jalan kaki Win? Naik taksi aja." Celetuk Haikal yang tahu bagaimana keadaan kaki Winda yang sama mengenaskannya dengan kakinya.

"Bawel. Sana sana!" Usir Winda.

Akhirnya Jeno yang jadi joki melajukan motor itu cepat, Dream house kontrakan mereka tidak jauh dari kampus, rencannya jika sudah membuang— eh maksudnya mengantar Haikal, ia akan lanjut mengantar Shakila pulang. Meski Jeno sendiri lelah, Jeno sendiri ingin mandi, makan dan beristirahat tapi hatinya tidak tenang jika tidak mengantar Shakila sampai pintu rumahnya.

"Oh ini kontrakan lo?" Shakila mengedarkan pandangannya.

"Hem, deketkan dari kampus? Kalau lo gabut nunggu matkul atau mau tidur siang, atau makan indomie ke kontrakan aja." Entah itu sudah ajakan Jeno yang keberapa kalinya.

"Carrier lo Je siniin juga jir, ngapa lo mau bawa?"

"Oh iya."

Motor itu sudah lumayan lega, tadi sesak berboncengan tiga, dua carrier di depan, satu digendong Shakila di belakang kini motor itu sudah bisa bergerak ringan.

"Kal duluan ya?"

"Hati-hati!" Haikal membalas lambaian tangan Shakila tanpa mencurgai mengapa gadis itu melingkarkan tangannya erat pada pinggang Jeno.

***

Sampai di komplek perumahan tempat Shakila tinggal, Jeno menghentikan motornya, Memastikan Shakila turun, bahkan sempat terlibat obrolan ringan sebelum gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Tapi dari semua percakapan itu Jeno memerah karena satu kalimat...

BE MY MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang