Lips to lips method

4.9K 955 109
                                    

Rendy salah satu teman sekontrakan Jeno pernah bilang...

"Kalau gak ada kepentingan mendesak, tidak ada pacar dan tidak ada teman kencan, malam minggu mending di rumah aja dari pada nambah-nambahin macet kota Makassar."

Nah karena perkataan Rendy itulah Jeno selalu di rumah saja saat malam minggu, kecuali minggu ini sih karena ia sudah janjian mau belanja logistik dan perlengkapan lain untuk kegiatan outdoor Diklatsar UKM Mapala dengan Shakila.

"Udah semua nih?" Tanya Jeno pada Haikal yang menyerahkan daftar belanja padanya.

"Gue sama Winda udah, tinggal elo sama Shakila yang belum masukin daftar, elo atur aja dah berdua." Jawab Haikal yang sudah menatap Jeno dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Lo mau belanja logistik apa mau ngapel? Rapi banget Je."

"Sekalian malming, sumpek gue, kampus kontrakan mulu. Mau jalan."

"Sama siapa?"

"Shakila lah."

Haikal tidak menanggapi lebih, di UKM Mapala mereka sudah didoktrin kalau teman satu angkatan kalian adalah saudara.

Begitulah Haikal memandang Winda dan Shakila, Haikal sudah menganggap mereka adik 'laki-laki'nya sendiri, Haikal bahkan tidak bisa memandang dua betina itu sebagai 'wanita', dan Haikal kira Jeno berpemikiran sama.

"Pinjem mobil kek Je, pasti belanjaannya banyak. Masa naik motor?"

"Belanjaannya gue gocar nanti ke sini, sia-sialah gue bawa cewek cakep keluar kalau gak dibonceng, dipeluk, sia-sia Kal." Jeno memasang helmnya sedangkan Haikal mengedipkan matanya tidak paham.

"Habis mulangin Shakila lo mau pergi ama siapa emang?"

"Hah?" Bingung Jeno.

"Kata lo, mau bawa cewek cakep."

Cewek cakepnya, Shakila wahai Haikal dodol.

Jeno mengendarai motornya menuju rumah Shakila yang berada di The Mutiara Residence, jalan A.P Pettarani. Gadis itu menitip pesan kalau di pos satpam bilang aja mau ke blok A yang punya anak kembar.

Begitulah cara Jeno masuk ke sana, ia memarkirkan motor tepat di depan rumah Shakila dan mengiriminya pesan kalau ia sudah di luar.

"Je, bentar ya! Lima menit!" Kepala Shakila menyembul dari jendela di lantai dua.

"Oke." Balas Jeno, setengah berteriak dengan suara beratnya itu, tidak lama jendela di sebelah kamar Shakila juga terbuka menampilkan sosok yang benar-benar mirip Shakila, hanya rambutnya pendek dan matanya memicing tajam melihat Jeno.

Itu pasti Shafik, saudara kembar yang diceritakan Shakila.

"Hehehe." Jeno berusaha mengajaknya tersenyum, namun senyuman Jeno yang biasanya mempan meluluhkan apapun tidak dibalas Shafik, ia hanya memandang risih dan kembali menutup jendelanya hingga Jeno tengsin sendiri.

"Yuk." Jeno tersadar saat sudah ada Shakila menepuk bahunya.

"Eh? Ah, yuk. Nih, helm."

"Thankyou."

"Oh iya Kil, tadi gue senyum sama mba lo, dia ga bales senyum masa?" Lapor Jeno.

"Hahaha masa sih?"

"Ho'oh, mba lo protective ya?"

"Mana ada? Sok-sokan aja dia tuh jadi saudara yang baik. Eh tapi Shafik sempet bilang gue harus hati-hati sama elo, soalnya elo bajingan." Coba Jeno sedang minum, pasti Jeno akan tersedak sekarang. Pemuda itu melirik ke kaca spionnya agar dilihat Shakila.

BE MY MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang