Setelah kejadian itu Jeno menarik Shakila dan Winda untuk kembali ke table, moodnya yang tadi baik kini turun seketika, terbukti Jeno hanya memasang wajah galak tanpa senyum dan menegak minumannya."Mau kemana?" Tanyanya pada Shakila yang bosan duduk dan ingin kembali turun.
"Turun. Gue bosen Jen."
"Gak. Duduk di sini!"
"Ah tapikan—"
"Enggak Kil, duduk!"
Shakila memanyunkan bibirnya sebal, Winda dan Haikal juga sudah turun lagi meninggalkan ia dan Jeno yang pada akhirnya sama-sama dalam fase marah, Jeno marah karena Suryo, sedangkan Shakila marah pada sikap Jeno yang menyebalkan.
"Kalau gak boleh turun, pulang ajalah gue!"
Shakila bangkit dan membereskan barang-barangnya, sedangkan Jeno dibuat tak percaya dengan keputusan Shakila hingga ia menahan tangannya yang sayangnya langsung disingkirkan kasar Shakila.
"Ck, jangan gitu dong Kil. Masa pulang sih?"
"Ya habis. Gue ngapain di sini? Duduk kosong, minum sampe kembung? Gue ke sini mau happy-happy Jen. Elo selalu ngertiin gue tapi sekarang kenapa enggak?"
Amarahnya meledak, kesalnya pada Jeno sudah di ubun-ubun, selama dekat dengan Jeno sangat jarang mereka terlibat pertengkaran karena Shakila berusaha tidak memakai hati, namun kali ini bukan perkara hati hanya perkara sikap berlebihan Jeno Wicaksono Pradana.
"Ya karena semua cowok kayak ngeliatin elo, belum lagi si Suryo itu!" Jeno tak kalah emosinya.
"Dia tadi cuma bantuin gue sama Winda dari stranger aneh. Kenapa lo marah sama Suryo? Padahal elo yang nyuruh gue pakai apa aja, katanya elo bisa berantem, tapi apa?" Tantang Shakila, harusnya ia tahu Jeno hanya bermulut manis.
"Woy, lo berdua kenapa?" Haikal menghampiri Jeno dan Shakila yang dalam sekali lihat jelas bersitegang.
"Gue mau pulang, lo mau ikut gak Kal? Win?" Shakila sudah mengeluarkan kunci mobilnya, namun melihat sepertinya ada kesalah pahaman antar pasangan itu hingga Haikal dan Winda jadi ragu untuk turut campur dan memilih mundur.
"Gue... naik taksi aja sama Haikal."
"Ya udah, gue duluan kalau gitu." Pamit Shakila.
"Kil! Kila! Woy Kil! Shakila!" Teriak Jeno sembari mengejar Shakila yang berjalan cepat dan meninggalkan Haikal dan Winda yang sudah mendesah pasrah, padahal tadi saat berangkat mereka saat panas dan mesra, lalu kenapa tiba-tiba saling marah dan meledak begitu?
Sungguh hubungan yang tidak stabil dan sehat.
"Kil, Kila? Dengerin dulu kenapa sih? Kil."
Akhirnya Jeno berhasil meraih tangan dan menghentikan langkah Shakila, di parkiran juga tenang hingga ia tidak perlu berteriak-teriak agar Shakila mendengarnya.
"Pake dulu hoddienya, dingin." Jeno yang hendak memasangkannya ditolak Shakila dengan decihan malas dan hempasan tangan hingga Jeno menarik nafas panjang dan mencoba tenang menghadapi perempuan kepala batu ini.
"Shakila maunya apa? Hem? Maunya gimana by?"
Jemari Jeno mencengkram lembut bahu Shakila yang terekspose itu dan memberinya elusan pelan, ia mencoba agar Shakila menatap matanya saat bicara, cara itu selalu ampuh untuk berbicara dari hati ke hati.
"Elo yang maunya gimana Jen? Ngajakin ke club tapi gak boleh turun ke dance floor, marah-marah gak jelas cuma karena temen Shafik, temen Shafik temen gue juga Jen. Elo ngelarang gue punya temen apa gimana?"
"Gak gitu by," Potong Jeno.
"Gue cowok Kil, Suryo cowok, gue tahu dia ngajak lo kenalan dan deketin lo gak cuma buat jadi temen, tapi lebih. Walaupun dia tahu elo udah punya pacar dan gue gak suka itu, itu bukan gentleman Kila, itu kurang ajar."
Shakila yang tadi berkaca-kaca kini mengedip tidak paham.
"Gue gak suka karena Suryo deketin lo, gak suka, pengen gue hantam kepalanya."
"Elo cemburu?"
"Banget. Cemburu Kil gue, ampe mood gue berantakan," Jeno bersungguh-sungguh dengan ucapannya, "Kalau tadi gue mabok berat, udah gue hajar tuh anak."
Ada emosi yang ikut andil diperlakuan dan kata-katanya.
"Gue cemburu Shakila, jadi please stop, jangan deket-deket atau mau dideketin dia. Gue gak suka." Mohon Jeno yang sudah membiarkan kepala rebah pada bahu Shakila, Jeno kalah pada gejolak cemburu di dalam dirinya.
"Hem iya eh, gak deket-deket lagi kalau lo gak suka." Jawab Shakila, jemari lentiknya yang mengusap pelan kepala Jeno membuat hati pemuda itu sedikit lega, ditarikanya Shakila dengan satu tangan ke dalam dekapnya yang hangat, bibirnya mengecup lama leher jenjang yang dihalangi choker sialan itu.
Dalam peluk yang lama, Jeno yang gemas menggoyang-goyangkan tubuh Shakila ke kiri dan ke kanan, ia baru berhenti saat Shakila memberikan cubitan kecil pada perutnya.
"Diliat orang ih!"
"Ah, masih pengen peluk."
"Udah Jen. Mau masuk lagi gak?" Tawar Shakila namun berbuah penolakan karena Jeno sudah melengkungkan bibir dan menggelengkan kepalanya.
"Gak mau, ada Suryo."
"Terus pulang kita?"
Jeno kembali menggeleng.
"Mau lihat bintang ga? Gue punya tempat bagus. Gak sebagus pas ciuman pertama kita di gunung tapi lumayanlah. Mau?"
Anggukan dari Shakila adalah tanda ia bersedia kemanapun Jeno membawanya, jemari mereka sudah saling tertarut, berjalan pelan masuk ke dalam mobil dengan senyum yang sama-sama mengembang, Jeno dan Shakila paham kalau malam ini tidak hanya akan panjang tapi juga akan indah.
-To be continued -
(Don't forget to touch the stars Button if you like the story 😊 👉🌟)
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MY MISTAKE
Ficção GeralPada Serena Jeno menemukan ketenangan, pada Shakila Jeno menemukan kebebasan. Kalau kata lagunya The 1975 you do make me hard, but she makes me weak. Tapi pada siapa Jeno akan berlabuh?