Kita dan diam tak bersahabat

2.8K 558 58
                                    

Rencananya akan sleepover dengan Winda dibatalkan Shakila.

Begitu mengantarkan Jeno pulang tanpa kata di sepanjang perjalanan, ia pulang ke rumah. Itu sudah hampir pukul empat, Shafik yang sensitif dengan suara terbangun karena bunyi mesin mobil dan pagar rumah yang terbuka, pemuda itu turun ke bawah membuka pintu untuk memastikan itu Shakila.

"Loh, lo belum tidur? Baru aja mau gue telepon."

"Kebangun. Kirain lo nginep?"

"Gak jadi."

"Iyuh lo bau alchohol, cepetan masuk kamar lo, mandi, kalau Mama bangun dan ngeliat lo kayak gini bisa dihantam lo." 

Shakila tidak mempan dengan ancaman-ancaman kecil Shafik, perutnya terlalu lapar hingga ia berjalan lurus ke arah kulkas dan hanya mendapati alpukat di sana.

"Gue laper, masa cuma ada alpukat?"

"Lo makan itu aja dulu."

Shakila pasrah membelah dua buah itu, membuang bijinya dan memakannya langsung dengan sendok.

"Lo mau milo ga? Taburin biar ada rasanya."

"Mau."

Shafik cekatan membuka lemari dapur mengambilkan bubuk manis rasa coklat itu untuk Shakila.

"Lo tahu gak?" Shakila menyuapkan alpukat ke dalam mulutnya. 

 "Alpukat mentah taste like clean dick."

Shafik memijat kening yang tiba-tiba pening.

"Harus apa gue dengan informasi itu Kila?"

"Biar lo tahu apa yang cewek lo rasain! Udah ah, gue makan di kamar aja." Pamit Shakila yang meninggakan Shafik yang sudah menggeleng sembari bertanya pada dirinya sendiri... 

Ah masa rasa alpukat mentah?

"Eh emang lo pernah makan clean dick sampe tahu rasanya?"

Shakila menyingkirkan tudung hoddienya, mengekspose bekas-bekas ganas Jeno di lehernya.

"What do you expect brother?"

"Oh my God, jangan bilang...."

"Jangan masuk mobil dulu, masih bau maksiat."

Shakila bercanda dan tertawa, wajahnya Nampak bahagia dan senang meski Shafik tidak tahu saat pintu kamar kembarannya tertutup ia menangis pedih, membekap mulutnya sendiri agar tangis itu tidak terdengar.

Shakila selalu begitu, ia jarang membagi lukanya, ia memilih menyimpannya dan menutupinya dengan sikap tidak peduli yang konyol.

***

Jeno tidak pernah merasakan sakit di hatinya yang lebih sakit saat Shakila meminta ijinnya untuk jalan dengan pemuda lain, harusnya Jeno lebih tegas, dengan segala ego yang tersisa harusnya Jeno menahannya.

Tapi sekali lagi Jeno tahu diri, ia hanya terlalu memakai perasaan, tapi tidak dengan Shakila yang terlihat memandang semua ini mudah.

"Lo baru pulang?"

Nareshta terbangun saat Jeno membuang badannya di kasur.

"Hem."

"You okay?"

BE MY MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang