I lust you

3.9K 747 44
                                    

Hari selanjutnya, baru saja sampai di camp lagi setelah berjalan sangat, sangat jauh. Jeno perkirakan perjalanan hari ini kurang lebih 18 kilo, pemuda itu dipanggil Tanjung salah seorang senior di UKM Mapala. 

Jeno ikut dengan santai dan langkah ringan, Tanjung bukan orang yang galak dan kejam seperti Yudistira, saat semua senior mengambil pos biasanya Tanjung hanya di api unggun menunggu peserta dengan minuman hangat untuk dibagikan, ia bak malaikat bagi para calon anggota termasuk Jeno.

"Gaharu ngapain disitu? Sini!" Jeno yang mengambil posisi siap dibuat berkedip heran kala Tanjung menepuk batu di sebelahnya, menyuruh Jeno duduk di sana.

"I...iya senior."

"Gue gak bakalan nyeburin elo, cuma mau ngomong, sini!"

Jeno duduk sana canggung, jadi demi mencairkan suasana Tanjung menyodorkan sebungkus rokok, tentulah mata Jeno berbinar melihatnya. Selama diklatsar ia tidak pernah merokok karena semua rokok yang dipackingnya ditahan oleh panitia.

"Boleh senior?"

"Boleh, nih sama koreknya."

Jeno tersenyum senang dan mengambilnya sebatang, saat asap rokok keluar dari bibirnya rasanya kepala Jeno yang berat beberapa hari terakhir ini jadi ringan, ia terlihat bahagia dan Tanjung menyadari kebahagian itu.

"Mau ngomong apa ya senior?" Tanya Jeno ragu setelah menunggu lama, hampir habis satu batang rokok di tangannya tapi Tanjung belum juga mengutarakan tujuannya memanggil Jeno menjauh dari rombongan.

"Jen, tahukan? Dulu di sekre abang pernah cerita kenapa di UKM Mapala ga boleh ada anggotanya yang pacaran?" Pertanyaan Tanjung entah mengapa terasa menyinggungnya.

"Karena pengalaman Jen, dulu ada yang mereka akrab kayak saudara, pacaran, berantem, putus, dan canggung. Dua-duanya yang aktif di UKM jadi malah menarik diri karena takut dan gak enak mantannya ada di sekre atau di kegiatan yang sama. Yang rugi siapa? Organisasi kita. Kita udah capek gembleng, dorong secara prestasi tapi kita malah kehilangan kader karena perasaan yang sesaat."

Jeno mengangguk paham, ia masih sesekali menghembuskan asap rokoknya ke udara.

"Waktu tadi subuh pas cek peserta, abang liat kamu sama Shakila pelukan di dalam bifak pas tidur."

Mata Jeno seketika membulat mendengar pengakuan Tanjung itu.

"Ah, itu... salah paham senior. Kita berempat emang akrobat kalau tidur ya... mungkin kedorong Winda atau gimana saya juga gak tahu kenapa bisa berakhir dengan pose yang diliat Senior," Jeno berusaha keras menjelaskannya, atau lebih tepatnya menutupi kebenarannya.

"Tapi saya sama Shakila beneran cuma saudara seangkatan, gak lebih senior."

Tanjung hanya mengangguk-ngangguk antara dia percaya atau sudah tahu yang diutarakan Jeno hanya kebohongan belaka.

"Abang tuh yah, males sebenarnya nyampurin kisah cinta orang. Tapi karena ini menyangkut aturan organisasi jadi abang menegur, sebelum kejadian yang kayak senior kamu yang lebih dulu. Abang tuh seneng liat kalian berempat seakrab itu, tapi inget, kalian hanya sebatas saudara sengakatan. Yah?"

"Iya, siap senior!"

Bahu Jeno ditepuk-tepuk ringan sembari tersenyum oleh Tanjung.

"Yuk balik kalau gitu."

"Ah iya."

Tidak lama sang senior bangkit dan beranjak, Jenopun buru-buru mengikutinya.

"Senior, rokoknya?" Jeno menyodorkan bungkusan rokok itu pada Tanjung namun ia malah tertawa kecil dan membalas. 

BE MY MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang