Setelah perjalanan panjang membuka jalur yang tidak pernah tersentuh dari kabupaten Gowa menuju ke Pangkep dan finish di kabupaten Maros tentulah melelahkan dan menguras segala tenaga, belum lagi sepanjang jalan empat calon anggota CANURPALA itu digebleng lagi secara mental dan dipaksa mengaplikasikan segala materi yang pernah mereka dapat saat indoor.
Tapi disaat Haikal dan Winda sudah kehilangan semua tenaganya bahkan untuk sekedar berjalan lurus, Shakila justru segar bugar dan ceria, ia bahkan masih sempat menertawakan Haikal yang sempat kejengkang ke belakang tadi, sedangkan Jeno berada di tengah-tengah, ia juga lelah seperti Haikal dan Winda tapi disatu sisi ia juga berbunga layaknya Shakila.
"Udah tahu nama lapangan teman-teman kalian?"
"Tahu senior!"
"Terang besi, sebutkan!"
Haikal sempat menengok bingung sebelum menjawab.
"Saya Terang besi, rekan saya Gaharu, Santigi dan Azalea senior!"
"Sudah tahu arti nama kamu? Atau arti nama mereka?"
Tidak ada jawaban dari Haikal.
Di hari terakhir setelah mereka menyelesaikan percobaan panjat tebing di tebing Taddeang kabupaten Maros tadi siang, kini mereka disuruh berkumpul agak jauh dari camp ditemani bang Tanjung tapi bisa keempat orang itu dengar betapa ramai dan semaraknya camp panitia sekarang.
"Kayaknya senior-senior pada dateng deh buat malam penutupan." Tebak Winda yang sudah membisikkannya pada Shakila di sampingnya.
"Kamu Azalea, kamu sudah tahu arti nama kamu?" Kedapatan oleh Tanjung, Winda yang gantian kelagapan.
"Siap, Azalea itu bunga yang kalau di Indonesia tumbuh di puncak-puncak gersang dan tinggi, biasanya ada di sebelah bunga edelweis, jika Edelweis bermakna bunga abadi, sesuatu yang sulit digapai, Azalea sebaliknya. Azalea yang saya tahu bermakna kesederhanaan dan perdamaian." Jawaban Winda mendapat tepuk tangan puas dari Tanjung seniornya.
"Lalu kenapa kamu diberi nama Azalea?"
"Senior!" Shakila menaikkan tangannya.
"Nama adalah doa, mungkin para senior ingin Azalea menjadi pendamai diantara kami. Makna sederhana bunga Azalea juga sangat menggambarkan Azalea sendiri, dia begitu sederhana, tidak neko-neko, dan benar-benar apa adanya."
Ada binar senang di mata Winda mendengar jawaban sahabatnya itu.
"Hem benar, ketua CANURPALA menitip nama ini untuk Windayana. Azalea katanya memang bukan yang terindah, di samping Edelweis ia begitu nampak biasa, namun memberikan kesan indah dan memancarkan aura kesejukan. Itulah sebuah kekuatan yang tersimpan di balik keindahan yang sederhana."
Ketiga rekan Winda menepuk tangan girang karena penjelasan itu.
"Kalau Terang Besi? Gaharu coba dijawab!"
Jeno seketika meringis dan mengusap tengkuknya bingung.
"Yang saya tahu tiap penghijauan selalu ada bibit terang besi karena pohonnya mudah tumbuh Senior. Mungkin karena Terang besi supel, ramah, pandai berbicara dan melucu hingga ia sama seperti bibit pohon Terang besi yang bisa mudah tumbuh, mudah bergaul kalau versi manusianya."
"Benar." Tanjung membenarkan.
"Saya yang titip nama itu untuk Haikal karena dia mudah bergaul, saya percaya dia bisa tumbuh besar dan cepat seperti pohon terang besi dan siap memberi teduh teman-teman seangkatan dan organisasinya."
"Buset, keren banget nama saya artinya kalau gitu bang. Saya kira saya dikasi nama Terang besi karena saya gelap?" Balasan Haikal kembali berbuah tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MY MISTAKE
General FictionPada Serena Jeno menemukan ketenangan, pada Shakila Jeno menemukan kebebasan. Kalau kata lagunya The 1975 you do make me hard, but she makes me weak. Tapi pada siapa Jeno akan berlabuh?