Rute yang dilalui panitia dan peserta DIKLATSAR CANURPALA UKM Mapala tahun ini cukup jauh, jalur Malino kabupaten Gowa yang tembus hingga ke kabupaten Maros. Jauh itu, jauh banget malah.
Baru sehari saja Jeno, Haikal, Winda dan Shakila sudah berjalan sejauh 10 kilo meter lebih. Lelah? Pasti, tapi mungkin karena latihan fisik beberapa minggu terakhir jadi otot-otot mereka seolah sudah siap hingga tidak kaget lagi, pantas bang Jefri selalu mewanti-wanti untuk tidak melewatkan Latihan fisik setiap sore, ternyata ini manfaat dan tujuannya.
"Malam ini, kita camp disini." Putus Yudistira, ia mengambil tenda milik peserta dan hanya menyerahkan ponco atau jas hujan pada mereka.
"Buat bifak, untuk malam ini."
Keempatnya kompak mendesah lelah tapi tatapan galak Yudistira langsung menyadarkannya.
"Siap! Baik senior!"
"Jangan mengeluh, ini belum seberapa! Sekarang bikin bifak dan masak, sebelum jam sembilan malam selesai tidak selesai kegiatan akan dilanjutkan. Paham?"
"Siap! Paham senior!"
Yudistira berlalu ke kenda khusus senior yang jaraknya cukup jauh meski masih terlihat dari tenda peserta, penempatan tenda yang agak berjauhan itu selain memberi sedikit ruang bebas bagi empat calon anggota, juga agar calon anggota tidak mendengar segala hasil rapat dan acuan kegiatan yang dirancang para senior.
"Bifaknya ponco aja?" Tanya Winda.
"Gabung aja gak sih? Ponconya jadiin atap aja. Kita bikin bifak dari ranting sama daun kayak yang diajarin di materi bertahan hidup." Putus Jeno yang diangguki ketiganya.
Tidak perlu waktu lama untuk membuat kerangka dan menutupinya dengan ponco lalu mengalasinya dengan dedaunan hingga jadi hunian yang cukup nyaman, setidaknya untuk rebah.
"Kita bagi tugas kalau gitu mulai sekarang. Haikal sama Winda nyiapin peralatan masak, gue sama Shakila ngambil air."
Tidak diminta, tapi Jeno sudah layaknya pemimpin yang memberikan komando bagi mereka. Tidak ada yang keberatan, Haikal, Winda dan Shakila jutru senang ada yang bisa tetap waras berpikir, teliti, penuh perhitungan... ah tidak terbayang bagimana mereka tanpa Jeno.
"Lo gak apa-apa?" Tanya Jeno pada Shakila yang berjalan di sampingnya menuju sumber mata air.
"Enggak. Capek sih, lumayan. Gue baru pertama kali bawa carrier berat gitu soalnya." Jeno terkekeh pelan sebelum meletakkan tangannya ke bahu Shakila dan memberinya pijatan kecil yang ringan.
"Makin hari bakal makin ringan kok Kil, kan komsumsinya dimakan."
"Hem. Thanks."
"Kenapa bilang thanks?"
"Lo nopang kita semua rasanya. Glad you here Je."
"Seneng bisa ada buat lo Kil."
Saat Shakila sibuk mengambil air, mata Jeno menjelah sekitar. Jika ini siang dan ada matahari, pasti indah, tempat luas berhambur savana, sungai yang tidak terlalu jauh dari camp, jika ini bukan diklatsa melainkan hanya camping biasa, tentulah lokasi sekarang sangat strategis.
"Kalau siang di sini pasti bagus banget." Celetuknya.
"Malam gini aja bagus Je, liat bintangnya. Baru hampir jam 8 malam, tapi udah terang banget. Di Makassar elo gak bakal liat bintang seterang ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MY MISTAKE
Fiksi UmumPada Serena Jeno menemukan ketenangan, pada Shakila Jeno menemukan kebebasan. Kalau kata lagunya The 1975 you do make me hard, but she makes me weak. Tapi pada siapa Jeno akan berlabuh?