Kitanya kita, usai disini

3.1K 577 53
                                    

"Hai?" Sapa Jeno begitu ia membuka pintu kamar, tanpa aba-aba pemuda itu langsung berhambur memeluk Shakila dan menghirup wanginya dalam-dalam. 

Bohong jika Shakila tidak rindu, rindunya sama hanya saja ia mengekang rasa itu demi kewarasannya sendiri.

"Kangen banget aku by, kamu ganti parfum ya? Gak bau strawberry lagi."

"Pake parfum Shafik, punya gue habis." Ucap Shakila masih dingin, Jeno melepas peluknya dan menatap Shakila lama-lamat, dielusnya lembut pipi perempuan itu sembari tersenyum.

"Lo gak kangen gue?"

Shakila tidak menjawab.

"Tunggu apa Kil? Kiss me." Pintanya namun Shakila hanya mendengus, ia tiba-tiba tersadar kalau ia bukan hal yang patut dirindukan Jeno.

Jeno hanya rindu pada bibirnya, pada sentuhnya dan pada tubuhnya bukan padanya.

"Kenapa? Lo ga dapet jatah dari pacar lo di Yogya?"

Jeno berkedip bingung mencerna kalimat Shakila, bagaimana bisa ia tahu kalau Jeno—

"Lo ke Yogyakan nemuin cewek lo pas gue di Jepang?"

Shakila ingin berusaha tetap kuat namun nyata matanya sudah berkaca hebat, ia merasa dikhianati, padahal Jeno memberinya janji-janji manis tentang sebuah hubungan yang layak.

"Kenapa Jen? Lo bilang kalau gue udah pulang, elo sama dia udah akan berakhir, elo bakal jadi punya gue seutuhnya, gue gak perlu berbagi Jeno gue lagi tapi apa?"

Tangis Shakila pecah juga pada akhirnya.

"Gue tahu elo ke sana nemuin dia Jen! Gimana? Celengan rindunya udah pecah?"

"Kila dengerin dulu,"

Jeno menangkup wajah Shakila dan menghapus setiap air mata yang jatuh di pipinya.

"Gue ke sana buat akhirin semuanya Kil."

"Akhirin semua kata lo Jen? Elo liburan berdua, 6 hari Jen! Padahal elo gak harus ke sana kalau cuma mau jelasin dan mutusin dia, gak harus!" Teriak Shakila sembari menunjuk-nunjuk Jeno mengeluarkan amarahnya.

"Di mata lo gue apa sih? Your private slut? Hah? Bajingan lo! Gak usah elo bilang elo milih gue dari awal kalau ternyata you loved her better Jen!"

Jeno memejamkan matanya kuat-kuat dan menghembuskan nafasnya pelan.

"Gue gak pernah mandang lo gitu Kil, gue gak pernah. Gue sayang elo, elo tahu itu. Gue ke sana karena bener-bener merasa gue harus akhirin ini baik-baik Kil sama Serena. Hem?"

"Terus sekarang udah? Udah berakhir baik-baiknya?"

Inginnya Jeno begitu Shakila tapi ternyata tidak mudah.

"Kasi gue waktu ya?"

"Jadi belom?"

Jika jantung Shakila buatan manusia, benda itu pasti sudah berkeping hancur.

"Hm, gue gak tega Kil."

Shakila mengusap wajahnya frustasi, kakinya menjadi lemah hingga ia berjongkok dan menangis puas diatas keping hatinya. 

Mungkin ini karma pertamanya karena telah bermain api dengan seseorang yang sudah dimiliki orang lain.

"Terus elo tega sama gue?!"

"Kil, asal lo tahu tiap gue jalan sama Serena, tiap gue pegang tangannya, peluk dia, cium dia. Gue ngerasa bersalah sama elo! I feeling like I'm cheating on you! Gue selalu mikirin elo, keputusan gue udah bulat buat milih elo tapi tolong, tolong Kil," 

BE MY MISTAKETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang