Jeno mendapat tugas mengurus belanjaan dan menunggu gocar untuk mengangkutnya ke kontrakan, sedangkan Shakila menyebrang ke sebuah cofee shop karena Jeno yang sejak tadi ingin minum es kopi.
Tapi saat keluar dari cofee shop, ada yang membuat Jeno heran karena di tangan kila ada tiga gelas kopi... buat siapa? Pikirnya.
"Mas yang pesan gocar?"
Lamunan Jeno diinterupsi.
"Ah, iya pak saya. Bisa tolong dianter belajaan saya ya pak?"
"Bisa, sesuai titikkan?"
"Iya pak, nanti telepon aja nomor yang saya kirimin bapak namanya Haikal, bayarnya udah pakai gopay ya pak?"
"Iya, siap."
Jeno selesai dengan barang belanjaan mereka, namun Shakila belum juga menghampirinya padahal tadi gadis itu tinggal menyebrang. Jeno mengedarkan pandangannya dan mendapati Shakila duduk mengemper bersama tukang parkir di depan toko grosir dengan kopi di tangan masing-masing.
"Nah pas PSM Kalah, uh saya udah keluar stadion duluan."
"Iya neng, kalau kalah biasanya rusuh apalagi yang dilawan persija."
Mereka mengobrol akrab tanpa canggung, meski terlihat jelas status sosial yang berbeda antara keduanya. Baju partai dan kaos gucci nampak sama dan indah, Shakila tidak terlihat risih apalagi jijik, bahkan saat melihat Jeno menghampiri Shakila mengajak tukang parkir yang mungkin sudah kepala lima itu tos dengan akrab.
"Duluan ya pak, temen saya udah nyariin tuh."
"Waduh temennya ganteng amat neng? Gak dipacarin aja?"
"Haha tanya orangnya." Enteng Kila yang sudah melirik Jeno meminta tanggapan.
"Gak dipacarin neng Kilanya?"
"Udah malem pak, besok aja dipacarinnya." Jawaban Jeno berbuah tawa, setelah melambaikan tangan perpisahan, mereka berpamitan dan sekali lagi ada tatapan kagum di mata Jeno untuk Shakila, dia tidak cuma cantik, bebas dan berani, dia juga ramah, supel dan baik hati.
Ah, Jeno tidak bisa menolak pesona itu!
"Nih kopi lo Je."
"Pegangin dulu Kil, kan mau bawa motor ini."
"Okay. Ini kita langsung pulang?"
"Mau makan dulu ga?" Tawaran Jeno berbuah anggukan antusias.
"Gue pengen indomie goreng pake telor, di belakang sana ada burjo yang jualan indomie goreng. Ke sana yuk Je?" Ajakan Shakila berbuah tatapan tidak percaya dari kaca spion motor Jeno.
Serius dia mau makan indomie goreng di warung burjo?
Jeno sudah berpakain tampan, meski cuma jeans dan kaos putih dan topi tapi semuanya bermerek, belum lagi motor besar yang harganya hampir 1M, ia sudah sangat siap kencan romantis disebuah restoran atau paling tidak tempat makan di mall. Tapi Shakila dengan entengnya mengajaknya makan indomie goreng?
"Kil, kalau Cuma mie goreng di kontrakan gue juga bisa makannya. Gue bisa masakin."
"Hahaha beda tau rasanya. Yuk ke sana yuk?"
"Ya udah deh." Pasrah Jeno yang kini benar-benar sudah duduk di bangku panjang di dalam warung burjo sederhana di lorong dekat stadion mattoanging, pemuda itu mengesap kopi yang tadi Shakila belikan sembari menunggu mie gorengnya.
"Wahhhh liat deh Je, dari visualnya aja beda." Shakila memamerkan mangkok mie gorengnya, gadis itu terlihat bahagia hingga Jeno ikut tersenyum bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MY MISTAKE
Ficción GeneralPada Serena Jeno menemukan ketenangan, pada Shakila Jeno menemukan kebebasan. Kalau kata lagunya The 1975 you do make me hard, but she makes me weak. Tapi pada siapa Jeno akan berlabuh?