Past 03 #Yerin #Yewon

229 41 7
                                    

"Selain Sowon dan Eunha, kamu tidak punya teman yang lain?."
"Memangnya kenapa eomma?."
"Tidak bosan?."
"Anni, aku senang bersama mereka."
"Mereka tidak membully-mu 'kan?."
"Aniya. Mana mungkin aku betah dengan pembully?."
"Syukurlah..."

"Eomma - appa - oppa, nan kanta..."

"Yerin-ah, oppa antar."
"Shireo... orang-orang akan menganggap kau kekasihku terus. Aku bisa sendiri."

Yerin berlari menjauh dari rumahnya, orang-orang tersenyum melihat kepergiannya.

"Menyekolahkannya disana, keputusan yang tepat. Kalian berdua tidak usah khawatir lagi."ujar Yunho
"Tapi tetap saja appa, meskipun sekarang dia jauh lebih kuat. Trauma bisa saja kembali muncul."timpal Seulgi
"Apa kau tidak bisa jadi guru tetap di sekolah adikmu, Seul. Eomma selalu khawatir padanya."Taeyeon
"Eomma, aku ini calon polisi. Mana bisa jadi guru?."Seulgi mengingatkan "Dan tidak selamanya juga aku bisa terus melatih taekwondo di sekolahnya. Aku mulai sibuk sekarang."
"Majja, eomma lupa."
"Eomma..."

Bukan tanpa alasan mereka bertiga khawatir, karena kepribadian Yerin yang pendiam dia di bully di sekolahnya saat SD dan SMP. Baru saat SMA dia memiliki teman baik, meskipun hanya 2 orang.

******

"Kalian tidak bosan mengerjakan soal terus. Ayo kita makan."
"Apa otakmu hanya tentang makanan?."
"Sowon-ah, mulut itu benar-benar."

Yerin tersenyum mendengar kedua sahabatnya berdebat.

"Ye, ayo kita ke kantin. Biarkan si tiang ini sendiri."ajak Eunha
"Pendek, bisa kau diam!."kesal Sowon

"Ye..."panggil Eunha lagi

Yerin menutup bukunya, "Ayo pergi..."

"Ini baru temanku. Gajja."

Melihat kedua temannya pergi, Sowon juga akhirnya menyusul. Dia kembali menggoda Eunha, dan berakhir dengan pertengkaran kecil lagi.

Yerin hanya tersenyum melihat mereka dari belakang. Si tinggi dan si pendek ini sering bertengkar tapi anehnya mereka selalu lengket.

Brukk...

Yerin menoleh ke arah keributan di dekatnya. Dia terdiam disana, melihat seorang siswa yang di bully oleh teman-temannya. Hatinya terasa sakit melihat itu. Seolah kembali melihat masa lalu. Dulu juga dia korban perundungan sampai akhirnya dia menjadi tinggal kelas, padahal awalnya dia mendapatkan kelas akselerasi dan juga beasiswa. Dia bahkan sempat tak ingin sekolah lagi. Untungnya dia mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya, dia jadi tidak terpuruk dan akhirnya bisa berada disini. Orangtuanya bahkan sampai rela menguras tabungannya agar dia bisa operasi mata. Dan kakaknya rela membagi waktu agar selalu bisa bersamanya.

"Ye, kenapa diam saja?."tanya Sowon
"Sowon-ah, lihat itu."tunjuk Eunha
"Jinjja, setiap angkatan pasti ada pembully."Sowon

Sowon dan Eunha tahu apa yang terjadi pada Yerin.

"Mau menolongnya?."tanya Eunha pengertian
"Ne?."Yerin terkejut mendengarnya
"Kenapa kau bertanya?. Kita tentu harus menolongnya."Sowon

Sowon dan Eunha kembali berjalan lebih dulu di depan Yerin. Mereka bertiga membantu siswa itu. Yerin bahkan lebih berani menbentak mereka.

"Dari penampilanmu. Kau sepertinya anak yang pintar. Pasti mereka iri padamu."tebak Eunha menilai dari penampilan siswa yang di tolong mereka.
"Orang berkacamata tidak semuanya pintar."timpal Sowon
Eunha menunjuk Yerin, "Dia lebih pintar daripada kita."
"Tapi sekarang dia tidak berkacamata."
"Tapi setidaknya 'kan pernah."

Eunha dan Sowon kembali berjalan lebih dulu. Sedangkan Yerin dan siswa itu pergi ke UKS.

Eunha menoleh ke belakang, "Yerin kemana?."
"Pasti ke UKS, mengobati anak itu."
"Kebiasaan."
"Yerin memang seperti itu."
"Akhirnya kita malah jadi berdua."
"Wae?. Kau tidak suka?."
"Anni..."

LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang