Part 17

297 50 5
                                    


"Eunha-ya, oppa pulang. Maaf tidak bisa berpamitan langsung."

"Oppa, aku yang harusnya minta maaf."

"Gwaenchana, selesaikan dulu masalah kalian. Kita bisa bertemu lagi nanti."

"Ne, sampai jumpa lagi oppa."

Yuju duduk manis dan menunggu istrinya selesai berbicara dengan Sana di telepon.

"Oppa?. Sedekat itu?."komentar Yuju setelah Eunha menutup teleponnya

"Kalau kau datang untuk mengomel, sebaiknya pergi."

Eunha duduk di sebelah Yuju walaupun masih berjauhan, dan suaminya itu langsung mendekatinya dan bersimpuh di kaki istrinya. Dia tidak ingin Eunha mengusirnya lagi.

"Eunha-ya Mian... aku tahu aku keterlaluan. Aku hanya tidak ingin membebanimu. Itu saja."

Eunha meminta Yuju untuk duduk di sofa. Dia tidak tega kalau suaminya harus seperti ini.

"Tapi kita ini keluarga 'kan?. Kau seharusnya berbicara dulu denganku. Dan lagi Doyeon tidak bersalah. Dia hanya ingin pengakuan dari Yoojung."

"Mianhae..."

Eunha melepaskan topeng yang dipakai Yuju. Dia lalu menyeka keringat yang berada di pelipis Yuju dengan tangannya.

"Kenapa bertingkah konyol?."
"Aku tidak ingin kau sakit."
"Aku tidak sakit, hanya mual."
"Tetap saja, aku tidak ingin kau merasakan itu. Kalau bisa aku saja yang merasakan semuanya."

"Kau bawa apalagi selain bunga?."tanya Eunha melembut

Yuju tersenyum karena Eunha sudah bersikap biasa. Dia lalu memberikan bunga dan mengeluarkan cokelat yang dibawanya.

"Ini apa?."
"Topeng yang lain, takut kau ingin menggantinya."

Eunha melihat topeng yang dibuat Yuju satu persatu. "Kau membuatnya sendiri."
"Anni, Sujeong membantuku."

Eunha sedikit kecewa mendengarnya, tapi tidak apa-apa. Yang penting Yuju sudah usaha.

Malam harinya, Yuju memaksa ingin menginap.

"Dulu tempat ini berantakan. Babe, Apa kau tidur disini tiap malam."

"Anni, aku biasanya tidur bersama eomma."

"Aku sangat merindukanmu."
"Nado..."
"Benarkah?."

Eunha mengangguk, dia memang merindukan Yuju.

"Aku membeli rumah. Tapi kita harus bersabar sedikit, karena akan ada yang direnovasi."

"Kenapa tidak berdiskusi dulu denganku?."

"Kau pasti tidak akan setuju. Tapi aku rasa ini yang paling baik. Eommonim juga akan lebih mudah terawasi kalau kita tinggal di rumah sendiri."

"Ibumu pasti akan marah."

"Soal eomma biar menjadi urusanku."

"Tapi... aku benar-benar tidak suka kalau kau bertindak sendirian."

Eunha tidur membelakangi Yuju, padahal baru beberapa jam mereka berbaikan.

"Eunha-ya."

Eunha tidak mengubrisnya, suaminya ini benar-benar membuat emosinya naik turun. Dia tidak belajar dari setiap masalah yang ada.

Yuju juga tidak bicara lagi, tapi tangannya perlahan memeluk Eunha dari belakang. Dia bersyukur karena Eunha tidak menepis tangannya.

******

LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang