- Epilog -

320 46 3
                                    

"Eomma sudah tidak sayang padaku?."tanya Soobin kecewa karena Sowon memintanya untuk pergi berlibur ke Busan

"Anni, bagaimanapun mereka keluargamu juga, sayang."

"Mereka membuangku eomma!!!."

Untuk pertama kalinya Soobin meneriaki Sowon. Itu sedikit melukai hatinya, apalagi tatapan mata Soobin yang tajam juga sedikit menakutkan baginya.

"Pergi ke kamarmu dan renungi semuanya, besok kita tetap pergi."

"Eomma???."

Sinbi memegang pundak Soobin, dia lalu menuntun anak angkatnya ini ke kamarnya.

"Ibumu, hanya ingin kau jadi anak yang baik. Kami juga akan berada di dekatmu. Kalau mereka macam-macam kami akan langsung menjemputmu."

"Tapi mereka selalu menatapku aneh. Aku tidak mau."

"Jisoo noona untuk pertama kalinya menanyakanmu setelah 5 tahun. Bagaimanapun dia ibumu. Meskipun berat bagimu menerima ini, tapi kita lebih baik hidup dalam damai. Kau juga tidak mungkin membenci mereka terus."

Soobin memalingkan matanya dari tatapan Sinbi. "Tidurlah, biar appa dan eomma yang membereskan barang-barangmu."

Sinbi kembali ke ruang tengah, Sowon masih ada disana dan menunduk sedih.

"Dia akan pergi, jangan sedih lagi."rayu Sinbi

"Bii."
"Wae?."
"Aku takut."
"Mwoya. Jangan dipikirkan, Soobin lama-lama akan mengerti."
"Dia baru berusia 10 tahun, bagaimana bisa dia menebak kalau dia dibuang oleh keluarganya sendiri?. Aku tidak pernah mengatakan hal itu."
"Anak-anak juga melihat, mereka terkadang lebih peka daripada orang dewasa."

Sowon bersandar pada bahu Sinbi, "Bii, mata Soobin lagi-lagi seperti mata Seokjin. Aku juga takut itu."

"Dia tidak akan sama seperti ayahnya 'kan?... aku benar-benar takut gagal merawatnya."lirihnya

"Seokjin? Ayahku?. Apa dia orang sangat buruk sampai semua orang takut aku seperti dia?."

Setelah lebih tenang, Sowon masuk ke kamar Soobin. Soobin terlihat sudah tertidur, jadi dia bisa santai membereskan baju-baju tanpa bertengkar lagi dengan anaknya.

Selesai membereskan pakaian, Sowon menyempatkan diri memandangi wajah Soobin yang sedang terlelap, diusapnya rambut itu pelan. Sebelum pergi dia juga mencium kening Soobin, kalau anak ini masih bangung, dia pasti akan menolaknya.

"Jalja..."

"Soobin sudah tidur?."
"Nde."

Sinbi menyodor gelas wine pada Sowon, meskipun isi gelas itu bukan wine.

"Ngapain orange jus pake gelas begini?. Mana wine yang kemarin aku beli?."
"Aku ngga bisa minum alkohol. Jangan seenaknya ingin mabuk didepanku."

Sinbi menyetel musik yang menenangkan dari piringan hitam yang dia miliki.

Suasana klasik yang sangat disukai Sowon, Sinbi memang paling bisa menghiburnya.

Sinbi mengulurkan tangannya, tatapan matanya mengajak Sowon untuk berdansa dengannya.

"Agak cringe... tapi aku suka."
"Kapan lagi kita bisa seperti ini? Biasanya bocah satu itu menempelimu sampai tengah malam."
"Ck... aku kira kalian sudah akur. Ternyata masih menyimpan dendam."

******

Selama perjalanan ke Busan, Soobin tak banyak bicara.

"Ayo kita keluar."

"Aku punya beberapa syarat."
"Apa?."

Sowon menunggu Soobin berbicara, padahal Jenni dan Lim sudah menunggu mereka di depan.

LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang