-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-Alfi kini duduk di samping Raihan, satu mobil dengan Raihan tentunya. Setelah drama yang cukup melelahkan, akhirnya Raihan berhasil membawa gadis itu pergi ke rumah. Jika boleh jujur, Raihan masih berharap lebih tentang hubungannya dan Alfi. Ia ingin memulai semua dari awal, menjadikan masa lalu sebagai pelajaran.
Namun, melihat sikap Alfi yang begitu ketus membuat nyali Raihan ciut. Alfi berbeda, bukan lagi Alfi yang dulu. Raihan bisa merasakan itu. Seakan Alfi sudah berhasil melupakannya. Waktu setahun cukup untuk mencari kebahagiaan baru, dan Raihan merasa Alfi sudah melakukan itu.
"Dok."
Raihan melirik Alfi. "Hm."
"Gak ada niatan buat berhenti gitu?"
"Gak."
Alfi mencabikkan bibirnya, gadis itu memilih membuang wajah menghadap ke jendela.
"Kenapa?"
Alfi menggeleng.
"Kenapa?"
Alfi tetap menggeleng.
"Saya tanya sekali lagi, kamu mau apa?" Tanya Raihan dingin, yang ditanya pun segera menoleh merasa hawa-hawa panas mulai hadir.
"Apa anda tidak malu, datang bertamu di siang bolong lalu dengan seenak jidat membawa anak orang pergi? Saya seperti korban penculikan gara-gara anda! Gak dikasih makan, gak dikasih minum. Kalau sampai saya mati, arwah saya bakal gentayangin anda!"
Raihan tetap diam membuat Alfi sangat geram. Memang dasar laki-laki, tidak memiliki kadar kepekaan yang tinggi. Udah gak peka, suka ghosting, plin-plan pula.
Tiba-tiba mobil Raihan berhenti di tepi jalan, laki-laki itu melepas Seat belt mobil, melupakan Alfi yang masih termagu di tempat.
"Dok, kenapa berhenti?"
Raihan menarik alisnya. "Katanya laper?"
"Loh, emang tadi saya bilang laper?"
Tuk!!
Satu jitakan berhasil mendarat sempurna di kening Alfi membuat sang empu meringis kesakitan.
"Pikun!"
Alfi merengut, dengan segera ia menyusul Raihan yang sudah keluar dari mobil terlebih dahulu.
Warung gado-gado pinggir jalan menjadi pilihan Raihan mengisi perutnya. Makanannya sederhana, tidak neko-neko, dan yang pasti murah dikantong. Oke, opsi ke tiga tidak berpengaruh bagi Raihan. Maklum, horang kaya.
Raihan duduk bersila setelah memesan dua gado-gado. Beberapa detik kemudian, Alfi datang dengan napas tercekat.
"Kok saya ditinggalin sih, dok?!" Protes Alfi sedikit berteriak, namun Raihan hanya tersenyum tipis.
"Dih, malah senyum!"
"Suka-suka saya."
Alfi mendengus. "Iya, suka-suka anda saja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Kampret ✓
Teen Fiction[Ar-Rasyid Family2] Dunia Alfi harus jungkir balik ketika tanpa sengaja dirinya mengenal sosok Raihan Alfarisi, dokter ahli bedah yang memporak-porandakan hatinya. Tidak, Alfi tidak terpesona dengan laki-laki itu, hanya saja hatinya yang kadang tida...