15. Dekat namun berjarak

1.5K 147 10
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

"Fi, temenin gue yuk."

Gadis yang sedang asik membaca buku kini menoleh. "ke mana?"

Perempuan dengan dress se lutut mendekati Alfi, dia memegang pundak Alfi dari belakang.

"Gue mau ke taman, ketemuan sama seseorang. Temenin gue yuk."

"Gue ada tugas, Cit. Lo sendiri 'kan bisa," tolak Alfi.

"Lo mah, gue 'kan pengen sama Lo. Ayo lah, itung-itung refreshing dari tugas. Capek gue nugas Mulu gak kelar-kelar." Citra meletakkan dagunya di atas pundak Alfi. Jika sudah seperti ini, mana bisa Alfi menolak? Citra adalah sahabat paling pengertian yang pernah Alfi temui.

"Ya udah, ayo." Alfi bangkit dari duduknya, dia membereskan buku-buku yang berserakan di atas meja.

Setelah dirasa rapi, Citra menarik pergelangan tangan Alfi menuju mobilnya. Dia membukakan pintu mobil dengan wajah sok imut. Tidak lupa mengedipkan sebelah matanya. Jijik, itu yang Alfi rasakan.

Akhirnya, Citra meninggalkan kawasan kampus dan pergi menuju taman yang jaraknya tidak terlalu jauh dari kampus.

-o0o-

Laki-laki berjas putih berjalan tergesa-gesa menuju sebuah ruangan bawah tanah. Saat sampai di depan pintu, dia membuka pin. Setelah terbuka, laki-laki itu melempar jas putihnya asal.

"Akhirnya, Lo bisa jauh dari Alfi. Gue rasa, rencana gue bakal berjalan lancar."

Laki-laki itu mengambil ponselnya, dia menelepon seseorang.

"Lakukan tugas Lo, gue harus denger kabar bahagia kalau dokter itu mati di tempat kejadian," ujarnya pada orang yang sedang di telpon.

Laki-laki itu melempar ponselnya, seakan ponsel itu hanya sampah yang sudah tidak bisa digunakan. Dia berjalan mendekati meja khusus yang berisi kabar koran keluaran beberapa bulan lalu.

"Maaf, gue gak bermaksud nyelakain kakak Lo, Alfi. Dia salah satu ancaman gue."

-o0o-

Alfi menunggu Citra yang tengah membeli minum. Sudah terhitung lima belas menit gadis itu menunggu, namun Citra tidak menampakkan batang hidungnya. Menyebalkan memang.

Helaan napas keluar dari mulut gadis itu, hari ini Farhan melamarnya, dan dia menerimanya. Bukan itu yang mengganggu pikirannya, tapi Raihan. Sudah hampir satu bulan laki-laki itu tidak terlihat. Sengaja menghindar lebih tepatnya, jujur saja, Alfi merindukan laki-laki itu. Hari ini dia sadar, perasaaan apa yang hadir saat dia bersama laki-laki itu. Namun mustahil, Ini sudah terlambat.

Karena bosan menunggu, Alfi berniat berjalan-jalan menyusuri trotoar. Suasana sore ini begitu menenangkan, walau matahari masih terasa terik.

Alfi mengerutkan keningnya saat dia tidak sengaja melihat ada pengendera motor yang ugal-ugalan di jalan, Alfi mengalihkan pandangannya pada laki-laki yang tengah menyebrang sambil bertelponan. Tanpa pikir panjang, Alfi berlari menyelamatkan laki-laki itu.

Dalam hitungan detik, Alfi mendorong bahu laki-laki itu hingga tersungkur di tepi jalan. Kini posisi mereka berada sangat dekat, Alfi yang masih memegang pundak laki-laki itu dan laki-laki itu miring menghadap Alfi.

Dokter Kampret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang